Beranda Suplemen Ceramah Ramadhan Ceramah Ramadhan Hari ke-1: Merespon Ayat Puasa Ramadhan

Ceramah Ramadhan Hari ke-1: Merespon Ayat Puasa Ramadhan

0
ayat puasa ramadhan

Malam ini adalah malam pertama Ramadhan 1446. Besok pagi adalah hari pertama puasa. Oleh karena itu, ceramah Ramadhan hari ke-1 ini mengambil tema Merespon Ayat Puasa Ramadhan.

Jama’ah tarawih hafidhakumullah,
Malam ini Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan. Semoga ini merupakan jawaban atas doa-doa kita sejak dua bulan sebelumnya:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.

Ayat Puasa Ramadhan

Mulai besok pagi, berlaku kewajiban puasa bagi kita. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. Al-Baqarah : 183)

Surat Al Baqarah ayat 183 ini menjelaskan bahwa perintah puasa tidak hanya berlaku untuk umat Islam. Jauh sebelum Rasulullah menerima wahyu, umat-umat terdahulu juga mendapatkan perintah berpuasa. Bedanya adalah pada kaifiyah atau tata caranya.

Puasa Nabi Adam adalah puasa tiga hari setiap bulan. Yakni pada pertengahannya, tanggal 13, 14, dan 15 ketika bulan sedang bercahaya putih-putihnya. Maka, puasa Nabi Adam sekarang menjadi puasa Ayyamul Bidh yang hukumnya sunnah untuk kita.

Nabi Daud ‘alaihis salam juga melaksanakan puasa. Puasanya bahkan lebih berat lagi; yakni satu hari puasa dan satu hari tidak. Puasa selang seling inilah yang kemudian kita kenal sebagai puasa Daud yang hukumnya juga sunnah untuk kita.

Dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, Imam Al-Qurthubi menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan puasa kepada Yahudi selama 40 hari, sedangkan kepada umat nabi Isa selama 50 hari.

Lebih tegas lagi, Allah memerintahkan kita untuk berpuasa di bulan Ramadhan sebagaimana firman-Nya dua ayat berikutnya:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa diantara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah… (QS. Al-Baqarah : 185)

Hukum Puasa Ramadhan

Jama’ah tarawih a’azzakumullah,
Dua ayat tersebut menjadi dalil wajibnya puasa Ramadhan. Selain itu, ada pula hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menjelaskan kewajiban puasa Ramadhan:

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ الْبَيْتِ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Islam dibangun di atas lima (perkara): Persaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits Arbain ke-3 ini juga menjadi dalil wajibnya puasa Ramadhan. Sekaligus menunjukkan bahwa Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Tanpanya, Islam tidak tegak. Orang yang menolak puasa Ramadhan, bukanlah seorang muslim.

Berdasarkan dua ayat di atas, hadits ini dan hadits lainnya, serta ijma’, para ulama sepakat bahwa hukum puasa Ramadhan adalah wajib.

Merespon Ayat Puasa Ramadhan

Setelah mengetahui ayat puasa Ramadhan, setelah mengerti kewajiban puasa Ramadhan, bagaimana respon kita sebagai orang mukmin?

Orang Yahudi dan Nasrani telah mengubah waktu puasa sesuai keinginan mereka, sehingga saat puasa bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang musim bunga. Sebagaimana mereka juga memajukan dan mengundurkan bulan haram sesuai nafsur mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan sindiran atas mereka dalam firman-Nya

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah… (QS. At-Taubah : 37)

Jika Yahudi dan Nasrani merespon perintah Allah dengan pengkhianatan dan pendurhakaan, maka respon kaum mukminin berbeda 180 derajat dengan mereka. Gambaran kaum mukminin adalah sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. (QS. Al-Ahzab : 36)

Maka, marilah kita bersama menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang jatuh mulai besok pagi sebagai respon kita terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita pasang niat mulai malam ini bahwa besok kita berpuasa Ramadhan karena Allah Ta’ala. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Untuk tema ceramah atau kultum Ramadhan lainnya mulai hari ke-1 hingga hari ke-30, silakan baca di Ceramah Ramadhan 2025.