Amar makruf (menyeru kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran) adalah salah satu ciri khas umat Islam.
Lazim diketahui, semua amalan yang diperintahkan Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam mempunyai banyak keutamaan, termasuk amar makruf nahi munkar.
Berikut ini adalah keutamaan yang terkandung dalam prinsip amar makruf dan nahi munkar seperti yang ditulis Syaikh Dr. Abdul Malik Al-Qasim dalam kitabnya kitab Arba’una Darsan Liman Adraka Ramadhan.
Pertama, amar makruf dan nahi munkar merupakan tugas utama yang diemban para rasul. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah Thagut.” (QS. An-Nahl: 36).
Kedua, amar makruf dan nahi munkar adalah karakter dasar yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman,
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُوْنَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُوْنَ لِحُدُوْدِ اللهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah: 112).
Berbeda dengan orang-orang yang menjadi pelaku dosa dan kejahatan yang senantiasa mengajak kepada kemungkaran dan mencegah kebaikan.
Allah Ta’ala berfirman,
الْمُنَافِقُوْنَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُوْنَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِيْنَ هُمُ الْفَاسِقُوْنَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir).
Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula). Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah :67).
Ketiga, amar makruf dan nahi munkar adalah sifat orang-orang yang shalih. Allah Ta’ala berfirman,
لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ – يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَئِكَ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
“Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (salat).
Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang shalih.” (QS. Ali ‘Imran: 113-114).
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Inilah 9 Keutamaan Amar Makruf Nahi Munkar (Bagian 2)