Beranda Tazkiyah Akhlak Inilah Dalil-Dalil Tentang Berbuat Baik Kepada Kerabat (Bagian 4)

Inilah Dalil-Dalil Tentang Berbuat Baik Kepada Kerabat (Bagian 4)

0
Keluarga muslim (shutterstock)

Lanjutan dari Inilah Dalil-Dalil Tentang Berbuat Baik Kepada Kerabat (Bagian 3)

Al-Qurthubi berkata, “Rahim (ikatan) yang harus selalu disambungkan, ada yang bersifat umum dan khusus.

Makna rahim secara umum adalah ikatan dalam beragama; wajib disambung dengan menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, saling menasihati, berlaku adil, dan melaksanakan hak-hak yang diwajibkan dan disunnahkan.

Sedangkan makna rahim secara khusus, yaitu melakukan hal-hal tersebut di atas, dan ditambah dengan memberikan nafkah kepada kerabat, melihat keadaan mereka, dan memaafkan kesalahan mereka.

Hak mereka berbeda-beda, sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Bahz bin Hakim, ia berkata, “Bapakku menceritakan kepadaku dari kakekku, bahwa ia berkata, ”Saya bertanya,

“Wahai Rasulullah, siapa yang harus diperlakukan dengan baik?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Ibumu.” Saya bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Saya bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Saya bertanya lagi, “Lalu siapa?”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,

ثُمَّ أَبَاكَ، ثُمَّ اْلأَقْرَبَ فَاْلأَقْرَبَ

Bapakmu, kemudian kerabat terdekat dan terdekat.” (HR. At-Tirmidzi).

Ibnu Abi Jamrah mengatakan,

“Bersilaturrahim dilakukan dengan memberikan bantuan harta dan memenuhi kebutuhannya, menghindarkan dari bahaya, bertemu dengan wajah ceria, dan mendoakannya.

Semua itu terangkum dalam satu makna, yaitu memberikan kebaikan yang bisa diberikan dan mencegahnya dari bahaya sesuai kemampuan.

Ini akan terus dilakukan jika kerabat tersebut beragama Islam, dan komiteman menjalankan ajaran agama (istiqamah).

Jika kerabat itu kafir, atau pelaku maksiat, maka memutuskan hubungan karena Allah terhadap mereka, itulah yang disebut dengan menyambungkan tali silaturrahim.

Tentunya, dengan syarat seseorang sudah berusaha menasehati mereka.

Apabila mereka tetap melakukan hal tersebut, maka hendaklah memberitahukan kepada mereka, bahwa perbuatan tersebut menjauhkannya dari kebenaran.

Namun demikian, tidak menggugurkan kewajiban silaturrahim dengan cara mendoakan mereka, agar kembali kepada jalan yang benar.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan contoh yang mulia dalam hubungan dengan kerabat sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Ketika turun ayat,

وَأَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ

 “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara`: 214).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggil suku Quraisy secara khusus dan umum, sehingga mereka berkumpul. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Wahai bani Ka’ab bin Lu`ai, selamatkan diri kalian dari api neraka. Wahai bani Murrah bin Ka`ab, selamatkan diri kalian dari api neraka. Wahai bani Abdi Syams, selamatkan diri kalian dari api neraka.

Wahai bani Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dari api neraka. Wahai bani Hasyim, selamatkan diri kalian dari api neraka. Wahai bani Abdul Muththalib, selamatkan diri kalian dari api neraka.

Wahai Fathimah, selamatkan dirimu dari api neraka, karena saya tidak memiliki kekuasaan apapun atas kalian di hadapan Allah, hanya saja kalian mempunyai hubungan kekerabatan denganku, maka saya berbuat baik dengan selalu menyambung tali silaturrahim.” (HR. Muslim).

Semoga kita termasuk orang-orang yang berbuat baik kepada kerabat dekat maupun jauh. Amiin.

Demikian disarikan dari kitab Haditsul Ihsan karya Prof. Dr. Falih bin Muhammad bin Falih Ash-Shughayyir.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]