Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Ja’far bin Abi Thalib, Wajah dan Akhlaknya Menyerupai Nabi

Ja’far bin Abi Thalib, Wajah dan Akhlaknya Menyerupai Nabi

0
ilustrasi (hdw)

Seperti yang kita ketahui, pembicaraan tentang ahli bait (keluarga) Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memiliki kedudukan tersendiri di dalam diri kaum muslimin.

Ahlul bait tersebut adalah orang-orang terdekat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hubungan darah, dan keutamaan yang dimiliki oleh ahlul bait amatlah banyak.

Ahlul bait adalah istilah yang diakui oleh Ahlussunnnah wal Jamaah. Namun, bagi sebagian kalangan, istilah ahlul bait sangat identik dengan kelompok Syiah. Sungguh, ini adalah pemahaman yang salah dan perlu diluruskan.

Di hadapan kita ada sebuah contoh istimewa, seorang shahabat besar, yang menggabungkan di dalam dirinya antara ketulusan iman dengan kekuatan tekad, dan antara hijrah di jalan Allah dengan pengorbanan untuk-Nya.

Bagaimana tidak, pada saat terjadinya perang Mu’tah, yaitu ketika perang semakin memanas dan pertempuran semakin dahsyat, tidak ada yang dapat dilakukan Ja’far kecuali menyembelih kudanya dan kemudian maju menggempur musuh tanpa ragu sedikit pun, seraya mengulang-ulang sebuah bait syair itu, hingga kemudian Allah memuliakannya dengan mati syahid di jalan-Nya.

Pada saat itu, Ja’far mengatakan,

Duhai alangkah indahnya surga dan betapa dekat ia

Surga yang indah dan minumannya yang dingin

Romawi adalah Romawi dan telah dekat siksa mereka

Jika aku bertemu mereka niscaya aku akan memukul mereka

Dialah Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, kuniyahnya adalah Abu Abdullah, seorang khathib terkemuka, sosok yang dermawan dan suka memberi makan.

Dialah juru bicara kaum muhajirin, simbol dari kaum mujahidin, yang melakukan dua kali hijrah, dan ikut shalat menghadap dua kiblat.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa gembira atas kedatangan Ja’far ke Madinah Al-Munawwarah, dan merasa sedih atas kematiannya. Dia adalah orang yang paling mirip wajah dan akhlaknya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Ja’far bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu pula yang menjadi pemimpin delegasi muslim di Habasyah. Cukuplah bagi Ja’far bahwa ia berasal dari pohon yang diberkahi Allah dahan-dahan dan cabang-cabangnya.

Di dalam Shahih Al-Bukhari, seperti yang diriwayatkan dari Al-Bara’ Radhiyallahu Anhu diterangkan, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Ja’far bin Abi Thalib,

أَشْبَهْتَ خَلْقِيْ وَخُلُقِيْ

“Engkau mirip denganku dalam wajah dan akhlakku.” (HR. Al-Bukhari).

Ja’far lebih tua dari kedua saudaranya: Ali dan Uqail Radhiyallahu Anhum. Ia tumbuh di bawah asuhan pamannya Abbas Radhiyallahu Anhu dalam keadaan berkecukupan dan perlindungan yang cukup.

Hingga, kemudian Allah menutus Nabi-Nya dengan agama yang benar, dan Ja’far pun masuk Islam  bersama istrinya Asma’ binti Umais di tangan Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu Anhu.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Berlanjut ke Ja’far bin Abi Thalib, Wajah dan Akhlaknya Menyerupai Nabi (Bagian 2)