Beranda Suplemen Khutbah Jumat Khutbah Jumat Jumadil Awal: Tangis Ibnu Rawahah Jelang Perang Mu’tah

Khutbah Jumat Jumadil Awal: Tangis Ibnu Rawahah Jelang Perang Mu’tah

0
khutbah jumat jumadil awal

Pada bulan Jumadil Awal 8 hijriyah, terjadi Perang Mu’tah. Menjelang keberangkatan pasukan, Abdullah bin Rawahah menangis karena teringat sebuah ayat. Ayat apakah itu? Insya Allah kita bahas pada Khutbah Jumat Jumadil Awal 1446 hijriyah ini.

Oleh karena itu, Khutbah Jumat edisi 22 Jumadil Awal 1446 hijriyah yang bertepatan dengan 22 November 2024 ini mengangkat tema Tangis Ibnu Rawahah Jelang Perang Mu’tah.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Pada bulan ini 1438 tahun yang lalu, tepatnya Jumadil Awal 8 hijriyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberangkatkan 3.000 pasukan untuk berperang melawan Romawi. Sejarah menamakan perang itu sebagai Perang Mu’tah karena terjadi di di daerah Mu’tah, kawasan dataran rendah Balqa di Negeri Syam, dekat Laut Mati.

Penyebab utama perang ini adalah kasus pembunuhan Al-Harits bin Umair al-Azdi. Setelah Perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengutus Al-Harits menyampaikan surat kepada Pemimpin Bushra di bawah kekuasaan Romawi.

Namun, di tengah perjalanan, Pemimpin Al-Balqa’ Syurahbil bin Amr al-Ghassani menangkap Al-Harits. Tak hanya menangkapnya, Syurahbil kemudian membawa Sahabat Nabi ini ke hadapan Kaisar Romawi lalu memenggal lehernya.

Membunuh utusan atau duta adalah tindakan keji dan tidak beradab. Dan sebagaimana hukum internasional yang berlaku hingga saat ini, membunuh duta adalah deklarasi perang terhadap negara pengutusnya.

Karenanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengumpulkan pasukan dalam jumlah besar, setara dengan jumlah pasukan Islam pada Perang Ahzab. Bedanya dengan perang-perang sebelumnya, kali ini Rasulullah tidak hanya menunjuk satu panglima. Namun, beliau menyebut tiga nama.

“Kalian akan dipimpin oleh Zaid bin Haritsah. Jika Zaid gugur, penggantinya adalah Ja’far bin Abu Thalib. Jika Ja’far gugur, penggantinya adalah Abdullah bin Rawahah.”

Ayat yang Bikin Ibnu Rawahah Menangis

Ketika pasukan telah siap berangkat, para penduduk Madinah berkumpul untuk melepas kepergian mereka. Saat itulah, Abdullah bin Rawahah menangis.

“Mengapa engkau menangis?” tanya sebagian warga Madinah.

“Demi Allah, aku menangis bukan karena cinta dunia atau takut mati. Tetapi aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca firman Allah tentang neraka:

وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا

Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan mendatangi neraka itu. Hal ini bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (QS. Maryam: 71)

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku sepeninggal nanti.”

Abdullah bin Rawahah yang ikut Baiat Aqabah Kedua, ikut Perang Badar, ikut Perang Uhud, ikut Perang Khandaq, ikut Perjanjian Hudaibiyah, ikut Perang Khaibar saja menangis membaca ayat ini. Semestinya, kita juga lebih takut daripada Abdullah bin Rawahah. Sebab, amal-amal kita jauh di bawah amal Abdullah bin Rawahah.

Tafsir ayat ini menurut Ibnu Abbas, semua orang akan masuk neraka lalu Allah menyelamatkan orang-orang beriman. Sedangkan menurut Ibnu Mas’ud, wariduha bagi orang beriman adalah melewati shirath yang di bawahnya ada neraka. Ada yang selamat dan ada yang terjatuh. Yang selamat berarti langsung masuk surga, tidak pakai masuk neraka melainkan hanya melewatinya saat meniti shirath.

“Dan tidak ada seorang pun dari kalian (wahai manusia) kecuali akan mendatangi neraka dengan melewati jembatan yang terbentang di atas jahanam. Masing-masing tergantung amal perbuatannya. Hal itu merupakan suatu perkara yang sudah Allah pastikan.  Allah telah menentukan dan menetapkan bahwa sesungguhnya itu akan terjadi dengan pasti,” demikian Tafsir Al-Muyassar Kementerian Agama Arab Saudi.

Tiga Golongan

Sebagaimana penjelasan mayoritas mufassirin, waariduha maknanya adalah mendatangi neraka dengan melewati shirath yang terbentang di atas neraka jahannam. Maka, kondisi manusia secara umum akan terbagi menjadi tiga:

Pertama, jatuh ke neraka dan tidak keluar dari jahannam selama-lamanya. Inilah nasib orang-orang kafir sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 6)

Kedua, orang-orang beriman dan beramal shalih yang amal shalihnya lebih banyak daripada amal buruknya. Maka, mereka akan melewati shirath dengan selamat, lalu masuk ke surga untuk selama-lamanya. Sebagaimana firman Allah dalam lanjutan Surat Al-Bayyinah:

إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ . جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al-Bayyinah: 7-8)

Ketiga, orang-orang yang beriman tetapi amal buruknya lebih dominan daripada amal baiknya. Mereka jatuh ke neraka tetapi setelah sekian waktu, Allah mengeluarkan mereka dari neraka dan memasukkannya ke surga.

Bekal Kita

Abdullah bin Rawahah saja takut kalau-kalau ia masuk neraka. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak pernah berjihad seperti beliau? Di sinilah pentingnya kita berusaha memenuhi dua syarat masuk surga sebagaimana Surah Al-Bayyinah ayat 7 tersebut. Yakni iman dan amal shalih.

Kuatkan iman kita. Karena iman adalah kunci masuk surga. Tanpa keimanan, sebanyak apa pun perbuatan baik seseorang, semuanya tidak mendapatkan pahala. Karenanya setiap Jumat para khatib mengingatkan kita:

وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Ali Imran: 102)

Jangan pernah menukar keimanan. Jangan pernah menjual aqidah. Tetaplah beriman apa pun yang terjadi. Karena itu adalah kunci masuk surga sebagaimana hadits Arbain ke-21, Abu Amrah, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu bertanya, “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam yang aku tidak akan bertanya kepada selain engkau.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

Katakanlah “aku beriman kepada Allah” kemudian istiqomah-lah.  (HR. Muslim)

Kedua, perbanyak amal shalih. Amal shalih adalah segala amal baik mulai dari ibadah (hablumminallah) hingga akhlak kita kepada sesama manusia (hablumminannas).

Bagaimana dengan shalat kita, bagaimana dengan puasa kita, bagaimana dengan tilawah Al-Qur’an kita. Shalat lima waktu merupakan amal pertama yang akan menentukan pada yaumul hisab. Sudahkah kita mendirikannya tepat waktu dan berusaha berjamaah di masjid? Sudahkah kita memenuhi syarat dan rukunnya serta berusaha khusyu’ di dalamnya? Lalu, sudahkah kita menambah dengan shalat rawatib yang akan menyempurnakan kekurangan shalat fardhu kita? Upayakan juga shalat sunnah lainnya terutama Sholat Tahajud dan Witir.

Puasa akan menjadi perisai dari api neraka. Selain Puasa Ramadhan, perlu kita tambah dengan puasa sunnah. Demikian pula sedekah dan tilawah.

Abdullah bin Rawahah yang selalu berjihad hingga mendapatkan mati syahid saja takut masuk neraka, bagaimana dengan kita? Maka, memperbanyak amal shalih termasuk sedekah adalah keniscayaan. Saat ini saudara-saudara kita di Palestina, tiap 5 menit ada anak yang meninggal. Selain karena bom dan peluru Israel, mereka juga menderita kelaparan. Infak kita untuk Palestina semoga bisa menjadi amal shalih pengganti jihad. Karena tidak mungkin kita berjihad sebagaimana Abdullah bin Rawahah.

أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Mari kita berdoa, semoga Allah menyelamatkan kita saat meniti shirath. Menyelamatkan kita dari neraka. Dan memasukkan kita semua ke dalam surga-Nya.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

 < Khutbah LainnyaDownload versi PDF >
Khutbah Jumat 2024Telegram BersamaDakwah