Beranda Suplemen Renungan Paling Disenangi Manusia, Padahal Ujungnya Siksa Neraka

Paling Disenangi Manusia, Padahal Ujungnya Siksa Neraka

0
ilustrasi @Rumaysho.Com

Taqwa kepada Allah Ta’ala merupakan maqam yang penting dalam perjalanan seorang hamba. Siapa yang paling mulia di sisi Allah Ta’ala adalah mereka yang paling sempurna dan benar taqwanya. Siapa yang paling sungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah Ta’ala dan menjauhi seluruh larangan-Nya, dialah yang paling bertaqwa.

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullahu Ta’ala mengutip perkataan seorang bijak dalam Shaidul Khatir, “Sesuatu yang paling disenangi manusia adalah larangan.”

Rahasia inilah yang menjadi jawaban atas pertanyaan, “Mengapa Allah Ta’ala melarang sesuatu dan memerintahkan atau menganjurkan bahkan mewajibkan sesuatu yang lainnya?”

Manusia dihidupkan dan dimatikan oleh Allah Ta’ala. Manusia diwajibkan untuk menyembah hanya kepada-Nya. Hanya kepada Allah Ta’ala tempat menyembah, meminta, dan memohon pertolongan.

Tidaklah seorang umat manusia mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat, kecuali jika dia melakukan perintah-perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya. Sebaliknya, siapa saja yang sibuk melakukan larangan Allah Ta’ala dan enggan mengikuti perintah-Nya, tiada baginya kecuali siksa dan kesengsaraan yang pedih di dunia dan akhirat.

Dalam setiap larangan Allah Ta’ala termaktub hikmah yang agung. “Kita dihidupkan oleh Allah Ta’ala, sanggupkah meninggalkan semua larangan-Nya meski hal itu merupakan kesukaan dan kecenderungan yang amat mendalam di dalam dirinya?”

Ketika dilarang, nafsu dan syahwat semakin menggebu-gebu. Kadar penasaran semakin besar. Keinginan untuk mencoba dan merasakan semakin tinggi.

Saat dicoba untuk pertama kali, mencicipi; maka tingkat penasaran itu akan semakin membesar hingga seseorang mencoba untuk kedua kali. Terus seperti itu hingga seorang hamba melakukan puncak larangan, dan ia barus bertaubat dengan penyesalan yang amat sia-sia saat azab Allah Ta’ala sudah ditimpakan kepadanya.

Semakin rumit nan pelik jika seorang hamba bergelimang dalam melakukan larangan dan merasakan nikmat sesaat, lalu ajal menyambanginya sebelum sempat bertaubat kepada Allah Ta’ala. Kelak setelah para pentakziah berlalu dalam tujuh langkahnya, ia menangis tersedu-sedu sebab siksa kubur sudah menungguinya. Malangnya, siksa kubur bukanlah apa-apa. Sebab ianya hanya menjadi awalan dan pembuka bagi siksa neraka yang amat pedih dan selamanya.

Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]