Tidak sah puasa Ramadhan tanpa niat. Yakni menghadirkan kesadaran dalam hati bahwa kita akan melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan karena Allah Ta’ala. Para ulama berbeda pendapat mengenai perlunya mengucapkan niat tersebut atau cukup di dalam hati. Namun, bagi Anda yang mengikuti pendapat sunnahnya melafazkan niat, boleh dalam bahasa apa pun termasuk artinya dalam bahasa Jawa.
Nah, artikel ini mengupas mulai dari bagaimana soal melafazkan niat, kapan waktu yang tepat untuk berniat puasa, hingga bagaimana bacaan niat puasa Ramadhan dalam tulisan Arab beserta artinya dalam bahasa Jawa.
Hukum Melafazkan Niat
Niat adalah hal yang sangat mendasar dalam setiap ibadah. Ia merupakan rukun agar ibadah kita sah dan Allah menerimanya. Demikian pula dalam puasa Ramadhan. Seluruh ulama sepakat, tanpa niat, puasa Ramadhan menjadi tidak sah.
Imam An-Nawawi menjelaskan, secara bahasa, niat (النية) dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu atau bertekad untuk mendapatkannya. Imam Al-Baidhawi menjelaskan bahwa niat adalah dorongan hati untuk melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan. Sedangkan Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan bahwa menurut istilah syara’, niat adalah tekad hati untuk melakukan amalan fardhu atau yang lain.
Lebih jauh Syekh Wahbah menjelaskan, seluruh ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Niat dengan hanya mengucapkan di lisan belum dianggap cukup. Melafazkan niat bukanlah suatu syarat. Namun, jumhur ulama selain mazhab Maliki berpendapat hukum melafazkan niat adalah sunnah, dalam rangka membantu hati menghadirkan niat.
Sedangkan menurut madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafazkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baca juga: Doa Buka Puasa
Kapan Waktu Berniat Puasa Ramadhan
Kapan niat puasa Ramadhan? Haruskah tepat sebelum mulai puasa seperti niat shalat atau niat wudhu? Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan, niat puasa Ramadhan tidak disyaratkan harus berbarengan dengan terbit fajar. Niat dari malam hari tetap sah. Bahkan menurut mazhab Syafi’i, niat puasa Ramadhan berbarengan dengan terbitnya fajar tidak sah. Artinya, niatnya harus sebelum terbit fajar.
Karena sulitnya menepatkan waktu niat puasa menjelang terbit fajar, boleh niat puasa Ramadhan pada malam hari dan boleh pula berniat pada waktu sahur. Berbeda dengan puasa sunnah yang boleh berniat di pagi hari setelah matahari terbit, puasa Ramadhan tidak sah jika niatnya setelah terbit fajar.
Baca juga: Ceramah Ramadhan
Lafaz Niat Puasa Ramadhan dalam Bahasa Jawa
Bagi yang melafazkan niat, lafaz niat puasa Ramadhan adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhi syahri romadhooni hadzihis sanati lillaahi ta’aala)
Dalam bahasa Jawa, artinya adalah sebagai berikut:
Niat ingsun poso, tutuko sedino sesuk, saking anekani sekabehane wulan Ramadhon ing ndalem ikilah tahun, fardhu kerono Alloh Ta’ala.
Demikian beberapa penjelasan mengenai niat puasa Ramadhan dan bagaimana lafaz niat Ppuasa Ramadhan dalam bahasa Jawa. Untuk pembahasan lebih lengkap soal niat ini, silakan baca artikel Niat Puasa Ramadhan. Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]