Lanjutan dari Perwira Lumpuh yang Selalu Bertawakal Kepada Allah
Saya pergi ke Inggris dan tinggal di sana selama empat bulan, lalu saya kembali ke Saudi.
Setibanya di Arab Saudi segera saya mengunjungi pemuda tersebut, akan tetapi ternyata ia telah dipindahkan ke bagian perawatan khusus.
Saya amat gembira mendengar berita tersebut karena pasien yang dipindahkan ke bagian tersebut berarti ada harapan untuk sembuh.
Saya segera mendatanginya di bagian tersebut, sesampainya di sana saya mendapatinya duduk di atas kursi roda, saya mengucapkan salam dan menayakan kabarnya, ia menjawab,
“Alhamdulillah, saya sudah bisa menggerakkan kakiku.”
Kemudian saya harus pergi ke Inggris dan tinggal di sana selama lima bulan lagi. Sekembalinya dari Inggris, pertama kalinya saya menunaikan shalat Zhuhur di rumah sakit.
Ketika saya keluar dari dalam masjid tiba-tiba saya dengar seseorang memanggil, “Abu Muhammad, Abu Muhammad.”
Segera saya menoleh dan ternyata orang yang memanggilku adalah pemuda tersebut, ia telah berjalan di atas kedua kakinya, saya segera bersyukur kepada Allah, walaupun nampak di sana ia agak pincang.
Saya menanyakan keadaannya, juga tentang kesatuannya apakah bisa menerimanya kembali jika ia dalam kondisi seperti ini?
Ia menjawab,
“Alhamdulillah, sebelum terkena penyakit ini aku telah mengajukan program studi internal –utusan kesatuan- untuk fakultas teknik. Alhamdulilah persetujuannya baru saja saya terima, maka insya Allah saya akan belajar di fakultas teknik seminggu lagi.
Setelah menyelesaikan kuliah tersebut saya akan kembali ke kesatuan jika kondisi saya secara klinis maupun secara militer memungkinkanku untuk bergabung lagi.
Jika tidak maka saya akan mengajukan surat pengunduran diri lalu akan menempuh karier baru dengan ijazah tehnikku tersebut.
Delapan tahun kemudian, pemuda tersebut menghubungiku dan mengatakan bahwa kakeknya terkena penyakit jantung, ia ingin agar saya memeriksa kakeknya.
Setelah membuat kesepakatan waktu yang tepat, akhirnya kakeknya datang bersamanya, ia datang sebagai pemuda yang gagah dengan seragam kesatuannya, sama sekali tidak ada gambaran bahwa ia pernah tertimpa penyakit yang begitu parah.
Selamat atas kesembuhan dari Allah Ta’ala, atas kesabarannya, atas pengharapannya dan keimanannya kepada takdir Allah.
Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang senantiasa bertawakal kepada Allah. Amin.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]