Lanjutan dari Ummu Salamah dan Kesabaran yang Mengangkat Derajatnya
Selanjutnya, mereka merebut tali kekang unta dari tangan Abu Salamah dan merampas diriku.
Karena kejadian itu, marahlah Bani Abdul Asad. Mereka pergi untuk mengambil anak kami, Salamah. Mereka berkata,
“Demi Allah, kami takkan biarkan anak kami pada ibunya apabila kalian merebut dia dari orang kami.”
Selanjutnya, mereka saling memperebutkan anakku, Salamah, hingga akhirnya mereka berhasil merebutnya dari genggaman orang-orang dari sukuku, lalu dibawa lari oleh orang-orang dari suku Abu Salamah, Bani Asad.
Sedangkan aku sendiri ditahan oleh Bani Al-Mughirah. Sementara suamiku, Abu Salamah, meneruskan perjalanannya ke Madinah. Mereka telah memisahkan antara aku, suamiku, dan anakku.
Setiap pagi aku keluar lalu duduk di Abthah. Di sana aku terus-menerus menangis. Demikianlah keadaanku sampai hampir satu tahun.
Hingga pada suatu ketika, lewatlah seorang lelaki dari kalangan sepupu-sepupuku melintasi aku. Dia melihat roman wajahku, dan merasa kasihan kepadaku. Dia berkata kepada Bani Al-Mughirah,
“Tidakkah kalian lepaskan wanita malang ini? Kenapa pisahkan dia dari suami dan anaknya?”
Mereka pun berkata, “Susullah suamimu, kalau kamu mau.”
Sementara itu, Bani Asad juga mengembalikan anakku kepadaku. Lalu, aku mempersiapkan untaku dan meletakkan anakku di pangkuanku, kemudian aku berangkat hendak menemui suamiku di Madinah, tanpa ditemani siapa pun.
Aku terus berjalan hingga tiba di Tan`im, aku bertemu dengan Utsman bin Thalhah, seorang warga dari Bani Abdud Dar.
Dia bertanya, “Hendak ke mana, hai putri Abu Umaiyah?”
“Aku hendak menemui suamiku di Madinah,” jawabku.
“Adakah seseorang yang menemanimu?” tanyanya pula.
Aku jawab, “Tidak ada, demi Allah, selain Allah dan anakku ini.”
Utsman berkata, “Demi Allah, kamu tak boleh dibiarkan.”
Lantas dia pun memegang kendali untaku, lalu berangkat menuntun aku dalam perjalanan itu. Demi Allah, aku tidak pernah berteman dengan seorang lelaki Arab yang kulihat lebih mulia dari dia.
Apabila singgah di suatu tempat, dia mengistirahatkan untaku lalu dia pun menyingkir ke sebatang pohon, lalu berbaring di bawahnya. Apabila saat keberangkatan hampir tiba, dia bangkit mendekati untaku.
Dia membangkitkan unta itu, lalu mempersiapkan segala sesuatunya, kemudian dia mundur ke belakang, barulah dia berkata kepadaku, “Naiklah.”
Apabila aku telah naik, lalu duduk tegak di atas unta, dia pun datang lagi kepadaku lalu mengambil kendali untaku, kemudian menuntun perjalananku sampai singgah di suatu tempat berikutnya.
Demikian seterusnya Utsman melakukan seperti itu, hingga sampai di Madinah.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Ummu Salamah dan Kesabaran yang Mengangkat Derajatnya (Bagian 3)