Alasan ketiga, gue pernah ditaksir sama junior gue yang gay, disaat kondisi gue sakit hati habis putus.
Dia (cowok itu) pernah nembak gue dan minta pacaran. Bahkan pernah datengin rumah gue bawain makanan. Gelagat dia yang aneh yang bikin gue dicap ‘aneh’ juga.
Semenjak itu gue jadi susah buat temenan sama cowok. Takut keluarga dan tetangga gue makin berpikiran negatif.
Semakin gue mencoba, semakin ingin rasanya gue punya sahabat/temen cowok. Rasanya hampa. Ya gue jadi gay bukan buat seks ya.
Jadi, gay tak selalu sex oriented?
NO!! Kalau yang sex oriented gitu awal dia jadi gay pasti karena pelecehan. Atau buat pelampiasan. Gue nggak sex oriented, cuma suka lihat body cowok.
(Maaf) berarti belum pernah making love (ML) atau minimal ada reaksi ketika melihat cowok yang diminati?
Kalo ML nggak pernah. Gue pun nggak pernah mau ya. Ngeri lihatnya. Reaksi lihat yang disuka ya cuma bisa ngeliatin sambil berfantasi ha-ha-ha.
Oh begitu. Hingga saat ini orang terdekat tahu tentang kondisi Mas?
Nggak ada. Gila lah kalau sampai cerita. Cuma mereka sering curiga sih.
Lalu, upaya Mas bagaimana agar keluarga tidak tahu?
Ya nggak ngapain ngapain. Biasa aja. Nggak berbuat yang macem-macem.
Apa mereka tidak mencari tahu melalui dunia media sosial?
Kagak. Keluarga nggak ada yang main socmed. Toh ini juga akun kedua gue. Cuma buat pelampiasan.
Apakah ada keinginan dalam diri Mas untuk lepas dari suka dengan laki-laki?
Pasti ada lah. Siapa yang nggak mau hidup normal, punya anak.
Good. Apa upaya Mas untuk ke arah sana?
(Tak dijawab. Diam)
[Paramuda/ BersamaDakwah]