Salah satu kisah yang dimuat dalam Al-Qur`an dan dikuatkan oleh hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah kisah Nabi Musa Alaihissalam bersama Khidir.
Hadits tersebut dimuat dalam Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, dan Sunan At-Tirmidzi. Berikut adalah teks lengkap hadits tersebut.
Amru bin Muhammad An-Naqid, Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali, Ubaidillah bin Sa’id, dan Muhammad bin Abu Umar Al-Makki telah memberitahuan kepada kami, semua riwayat mereka berasal dari Ibnu Uyainah dengan lafazh dari Ibnu Abi Umar.
Sufyan bin Uyainah telah memberitahukan kepada kami, Amru bin Dinar telah memberitahukan kepada kami dari Sa’id bin Jubair, ia berkata,
‘Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu bahwa Nauf Al-Bikali beranggapan bahwa Musa Alaihissalam yang berada di tengah kaum Bani Israil bukanlah Musa yang menyertai Nabi Khidhir.
Ibnu Abbas berkata, “Musuh Allah adalah pembohong.”
Aku (Sa’id) pernah mendengar Ubay bin Kaab Radhiyallahu Anhu berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Musa Alaihissalam pernah berdiri berpidato di tengah-tengah Bani Israil. Lalu dia (Musa) ditanya,
“Siapakah manusia yang paling berilmu?”
Musa menjawab, “Akulah orang yang paling berilmu.”
Allah lantas menegurnya karena dia tidak menyandarkan ilmu kepada-Nya. Allah lalu mewahyukan kepadanya,
“Salah seorang hamba-Ku yang menetap di tempat pertemuan dua lautan adalah lebih berilmu daripada kamu.”
Selanjutnya Musa bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku dapat bertemu dengannya?”
Dikatakan kepadanya, “Bawalah seekor ikan dalam sebuah keranjang. Di mana saja kamu kehilangan ikan tersebut, maka di situlah dia berada.”
Kemudian Musa pun berangkat bersama pembantunya bernama Yusya` bin Nun.
Musa Alaihissalam membawa ikan tersebut dalam sebuah keranjang. Dia dan pembantunya berangkat dengan berjalan kaki.
Ketika keduanya sampai di sebuah batu karang besar, maka tidurlah Musa Alaihissalam dan pembantunya.
Sementara ikan yang berada dalam keranjang bergerak dan keluar dari keranjang lalu jatuh ke laut.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam melanjutkan,
“Kemudian Allah menahan arus air yang dilalui ikan tersebut, sehingga menjadi seperti sebuah lengkungan. Ikan itu pun melompat mengambil jalannya ke laut.
Musa Alaihissalam dan pembantunya terheran-heran melihat pemandangan tersebut.
Mereka meneruskan sisa perjalanan pada siang dan malam hari sedangkan pembantu Musa lupa untuk memberitahukannya.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Kisah Nabi Musa Bersama Khidir (Bagian 2)