Beranda Suplemen Ceramah Ramadhan Puasa Lisan

Puasa Lisan

0
ceramah ramadhan puasa lisan
ilustrasi (canva)

Lisan kita lebih terjaga saat puasa Ramadhan. Sungguh ini adalah karunia besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita meyakini bahwa lisan yang tidak terjaga merupakan hal yang membatalkan pahala puasa. Khawatir puasa kita sia-sia jika sampai ada umpatan keluar dari lisan. Khawatir puasa kita tidak mendapat apa pun kecuali lapar ketika bicara dusta.

Alangkah indahnya jika lisan ini terjaga bukan hanya saat Ramadhan tetapi juga di bulan-bulan lainnya. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menjaga lisan bukan di bulan Ramadhan saja.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS. Al Ahzab: 70)

Ibnu Katsir menjelaskan, qaulan sadiidaa adalah perkataan yang benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula menyimpang. Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, qaulan sadiidaa adalah perkataan yang benar dan tepat. Benar kontennya, tepat cara menyampaikannya.

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk tetap bertaqwa kepada-Nya dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula menyimpang.

“Di antara sikap hidup karena iman dan taqwa adalah jika berkata-kata pilihlah kata-kata yang tepat. Dalam kata yang tepat itu terkandunglah perkataan yang benar. Jangan berbelit-belit. Jangan yang dimaksud lain, tetapi yang dipakai lain pula,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

Puasa lisan artinya menahan lisan kita agar yang keluar dari lisan kita adalah qaulan sadiida. Menahan lisan kita agar ia berkata yang baik atau diam. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Arbain Nawawi ke-15:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. (HR. Bukhari dan Muslim)

Puasa lisan, dengan demikian, menahan lisan kita agar tidak melakukan dosa-dosa lisan, antara lain:

Ucapan kesyirikan dan kekufuran

Dosa terbesar yang harus dihindari oleh lisan adalah ucapan-ucapan kesyirikan dan kekufuran. Kata-kata yang jika diucapkan akan mengeluarkan seseorang dari Islam.

Yakni kata-kata yang bertentangan dengan tauhid. Kata-kata yang bertolak belakang dengan aqidah Islamiyah. Kata-kata yang menuhankan selain Allah maupun berdoa kepada selain-Nya.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu anak Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu anak Allah”. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. At Taubah: 30)

Baca juga: Niat Puasa Ramadhan

Sumpah palsu

Sumpah palsu termasuk salah satu dosa besar. Imam Adz Dzahabi rahimahullah menjelaskan dengan sangat baik dalam kitabnya Al Kabair.

سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – عَنِ الْكَبَائِرِ قَالَ الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang dosa-dosa besar. Beliau menjawab, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, membunuh dan sumpah palsu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ حَلَفَ عَلَى يَمِينٍ، وَهُوَ فِيهَا فَاجِرٌ، لِيَقْتَطِعَ بِهَا مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ، لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

Barangsiapa bersumpah dusta untuk mengambil harta seorang Muslim, maka dia pasti akan bertemu Allâh dalam keadaan Allah murka kepadanya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Doa Buka Puasa

Mencela dan menghina

Mencela dan menghina orang lain juga merupakan dosa lisan. Apalagi jika yang dicela adalah sesama muslim, semakin besar dosanya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan yang lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolokkan) itu lebih baik dari mereka. Dan janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al Hujurat: 11)

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Mencela seorang Muslim merupakan kefasikan, dan memeranginya merupakan kekafiran. (HR. Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Doa Iftitah

Ghibah

Ghibah (غيبة) berasal dari kata ghaib (غيب) yaitu tidak hadir. Ghibah adalah membicarakan sesuatu tentang orang yang tidak hadir yang jika orang tersebut mengetahuinya maka ia tidak suka. Dalam bahasa Indonesia, biasa diterjemahkan dengan menggunjing atau gosip.

Banyak orang menganggap ghibah sebagai dosa kecil, hingga meremehkannya. Padahal ia adalah dosa besar. Karenanya Imam Adz Dzahabi memasukkannya dalam kitab Al Kabair.

وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

…dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya… (QS. Al Hujurat: 12)

Seseorang yang hobi ghibah dan mencari-cari aib seorang muslim, Allah akan membuka aibnya meskipun ia menyembunyikan aib itu rapat-rapat.

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِى بَيْتِه

Wahai sekalian orang yang beriman dengan lidahnya sedangkan iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian suka menggunjing orang-orang muslim dan mencari-cari aib mereka. Karena siapa yang mencari-cari aib muslim, Allah akan mencari-cari aibnya. Dan siapa yang Allah cari aibnya, maka Dia akan membuka aib itu meskipun ia bersembunyi di rumahnya. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad)

Namimah

Namimah adalah adu domba. Yakni ucapan-ucapan untuk merusak hubungan di antara sesama manusia. Ini juga merupakan dosa besar bagi lisan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ﺃَﻻَ ﺃُﻧَﺒِّﺌُﻜُﻢْ ﻣَﺎ ﺍﻟْﻌَﻀْﻪُ ﻫِﻰَ ﺍﻟﻨَّﻤِﻴﻤَﺔُ ﺍﻟْﻘَﺎﻟَﺔُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ

Maukah kuberitahukan kepada kalian apa itu al’adlhu? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk merusak hubungan di antara sesama manusia. (HR. Muslim)

Rasulullah pernah mendengar suara dua orang yang disiksa dalam kubur. Beliau memberitahukan kepada para shahabat bahwa salah satu di antara mereka disiksa karena namimah. Dosa lisan ini juga membuat pelakunya terhalang dari surga.

لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ

Tidak masuk surga pelaku namimah. (HR. Muslim)

Semoga Allah memudahkan dan membimbing kita semua untuk mempuasakan lisan. Bukan hanya di bulan Ramadhan tetapi juga di bulan-bulan berikutnya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

Untuk ceramah atau kultum Ramadhan lainnya, silakan baca:
Ceramah Ramadhan 2024

SILAKAN BERI TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini