Beranda Dasar Islam Al Quran Surat Al Ikhlas: Arti, Tafsir, Asbabun Nuzul, Keutamaan

Surat Al Ikhlas: Arti, Tafsir, Asbabun Nuzul, Keutamaan

9
surat al ikhlas

Surat Al Ikhlas merupakan surat ke-112 dalam Al-Qur’an. Berikut ini Surat Al Ikhlas dan artinya, asbabun nuzul, serta tafsirnya.

Surat ini terdiri dari empat ayat dan termasuk surat makkiyah. Nama surat ini Al Ikhlas karena di dalamnya berisi prinsip-prinsip tauhid, sebab ikhlas adalah tauhid. Hakikat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadi tujuan bergantung dan sama sekali berbeda dengan makhluk.

Surat Al Ikhlas dan Artinya

Berikut ini Surat Al Ikhlas dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ . اللَّهُ الصَّمَدُ . لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ . وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

(Qul huwalloohu ahad. Alloohush shomad. Lam yalid walam yuulad. Walam yakul lahuu kufuwan ahad)

Artinya:
Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Baca juga: Ayat Kursi

Asbabun Nuzul

Surat yang terdiri dari empat ayat ini termasuk surat Makkiyah. Mengapa namanya surat ini Al Ikhlas padahal di dalamnya tidak ada kata al ikhlas? Karena al ikhlas adalah tauhid, beribadah hanya kepada-Nya. Dan surat ini berisi tentang pokok-pokok tauhid.

Surat yang turun di Makkah setelah Surat Al Falaq dan Surat An Nas ini juga memiliki nama Surat Qul huwallaahu ahad. Terambil dari ayat pertama dari surat ini.

Menurut Syaikh Wahbah Az Zuhaili, surat ini juga memiliki nama lain Surat at Tafrid, at Tajrid, at Tauhid, an Najah, dan al Wilaayah. Juga punya nama lain Surat al Ma’rifah dan al Asas.

Ibnu Katsir mengutip riwayat Imam Ahmad dari Ubay bin Ka’ab mengenai asbabun nuzul Surat Al Ikhlas. Bahwa ada orang-orang musyrik yang berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hai Muhammad, gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka Allah menurunkan surat Al Ikhlas.

Riwayat lain menyebutkan, ada orang yang Badui yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia bertanya, “Gambarkanlah kepada kami tentang Tuhanmu.” Maka turunlah surat ini.

Baca juga: Sholat Tahajud

Keutamaan Surat Al Ikhlas

Surat Al Ikhlas memiliki banyak fadhilah atau keutamaan. Di antaranya adalah tiga keutamaan berikut ini:

1. Mendatangkan cinta Allah

Rasulullah pernah mengangkat seorang laki-laki menjadi pemimpin pasukan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas. Ketika menjadi imam sholat bagi pasukannya, laki-laki itu selalu membaca Surat Al Ikhlas.

Setelah pasukan pulang, mereka menceritakan kepada Rasulullah. Mendapati laporan itu, Rasulullah menyuruh mereka untuk menanyakan kepada laki-laki tersebut, apa alasannya selalu membaca surat ini dalam sholatnya.

“Karena di dalamnya ada sifat Tuhan Yang Maha Pemurah dan aku suka membacanya dalam sholatku,” jawab laki-laki itu.

Setelah Rasulullah mendengar jawaban tersebut, beliau pun bersabda:

أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ

Sampaikan kepadanya, bahwa Allah menyukainya. (HR. Bukhari)

2. Wasilah masuk surga

Dalam hadits lain yang juga riwayat Imam Bukhari, pernah ada seorang laki-laki menjadi imam Masjid Quba. Setiap kali telah membaca surat lain dari Al-Qur’an, ia menutupnya dengan surat Al Ikhlas.

Sahabat yang lain pun mengingatkannya, “Engkau telah membaca surat ini, tetapi kelihatannya engkau merasa tidak cukup dengannya. Lalu engkau membaca surat Al Ikhlas.”

“Aku tidak akan meninggalkan surat ini. Jika engkau mau menjadikanku imam kalian, maka aku akan tetap melakukannya. Dan jika kalian tidak suka, maka aku tidak mau menjadi imam kalian.”

Hal itu kemudian diceritakan kepada Rasulullah saat beliau mengunjungi Masjid Quba. “Hai Fulan, apa yang mencegahmu hingga tidak mau melakukan apa yang teman-temanmu minta, mengapa engkau selalu membaca Surat Al Ikhlas dalam sholatmu?” tanya Rasulullah.

“Aku menyukainya,” jawab laki-laki tersebut.

Mendengar jawaban itu, Rasulullah lantas bersabda:

حُبُّكَ إِيَّاهَا أَدْخَلَكَ الْجَنَّةَ

Kecintaanmu kepada surat ini dapat memasukkanmu ke dalam surga. (HR. Bukhari)

Dalam riwayat Tirmidzi, ada seorang laki-laki yang berkata kepada Rasulullah bahwa ia menyukai surat ini. Maka Rasulullah pun bersabda:

إِنَّ حُبَّكَ إِيَّاهَا يُدْخِلُكَ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya kecintaanmu kepada surat ini dapat memasukkanmu ke dalam surga. (HR. Tirmidzi)

3. Sepertiga Al-Qur’an

Dalam Shahih Bukhari dikisahkan seorang laki-laki yang membaca Surat Al Ikhlas berulang-ulang dalam shalat sunnah. Orang yang mendengarnya lantas menceritakan kepada Rasulullah. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman Tangan-Nya. Sesungguhnya ia benar-benar sebanding dengan sepertiga Al Quran. (HR. Tirmidzi)

Baca juga: Bacaan Sholat

Tafsir Surat Al Ikhlas

Tafsir Surat Al Ikhlas ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu KatsirTafsir Fi Zhilalil QuranTafsir Al AzharTafsir Al Munir, dan Tafsir Al Misbah. Kami berusaha mensarikan dari lima tafsir tersebut agar terhimpun banyak manfaat yang kaya khazanah tetapi tetap ringkas. 

Surat Al Ikhlas ayat 1

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah: “Dialah Allah Yang Maha Esa.”

Ketika orang-orang Yahudi mengatakan, “Kami menyembah Uzair anak Allah.” Orang Nasrani mengatakan, “Kami menyembah Isa anak Allah.” Orang-orang musyrik mengatakan, “Kami menyembah berhala.” Maka Allah menegaskan bahwa Dia Maha Esa.

Allah adalah Tuhan Yang Satu, Yang tiada tandingan-Nya, tiada lawan-Nya, tiada sekutu bagi-Nya.

Kata ahad (أحد) terambil dari akar kata wahdah (وحدة) yang artinya kesatuan. Juga kata waahid (واحد) yang berarti satu. Kata ahad dalam ayat ini berfungsi sebagai sifat Allah yang artinya Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.

Menurut Sayyid Qutb, “qul huwallaahu ahad” merupakan lafal yang lebih halus dan lebih lembut daripada kata “ahad.” Sebab ia menyandarkan kepada makna “wahid” bahwa tidak ada sesuatu pun selain Dia bersama Dia dan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sama denganNya.

“Ini adalah ahadiyyatul-wujud, keesaan wujud. Karena itu tidak ada hakikat kecuali hakikat-Nya dan tidak ada wujud yang hakiki kecuali wujud-Nya. Segala maujud yang lain hanyalah berkembang atau muncul dari wujud yang hakiki itu dan berkembang dari wujud dzatiyah itu,” tulis Sayyid Qutb dalam Tafsir fi Zilalil Qur’an.

Surat Al Ikhlas ayat 2

اللَّهُ الصَّمَدُ

“Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.”

Ibnu Abbas menjelaskan tafsir ayat ini. Maksudnya adalah, seluruh makhluk bergantung kepada Allah dalam kebutuhan dan sarana mereka. Dialah Tuhan yang Maha Sempurna dalam perilaku-Nya. Maha Mulia yang Maha Sempurna dalam kemulian-Nya. Maha Besar yang Maha Sempurna dalam kebesaran-Nya.

Al Hasan mengatakan, arti ayat ini adalah Allah Maha Hidup lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.

Menurut Tafsir Al Misbah, ash shamad (الصمد) terambil dari kata kerja shamada (صمد) yang artinya menuju. Ash shamad merupakan kata jadian yang artinya “yang dituju.”

Sedangkan menurut Sayyid Qutb, arti ash shamad (الصمد) secara bahasa adalah tuan yang dituju, yang suatu perkara tidak akan terlaksana kecuali dengan izinnya. Allah adalah Tuan yang tidak ada tuan sebenarnya selain Dia. Dialah satu-satunya yang dituju untuk memenuhi segala hajat makhluk.

Surat Al Ikhlas ayat 3

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

“Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.”

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah Allah tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak mempunyai istri.

Sayyid Qutb menjelaskan, hakikat Allah itu tetap, abadi, azali. Sifat-Nya adalah sempurna dan mutlak dalam semua keadaan. Kelahiran adalah suatu kemunculan dan pengembangan, wujud tambahan setelah kekurangan atau ketiadaan. Hal demikian mustahil bagi Allah. Kelahiran juga memerlukan perkawinan. Lagi-lagi, ini mustahil bagi Allah.

Surat Al Ikhlas ayat 4

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Kata kufuwan (كفوا) terambil dari kata kufu’ (كفؤ) yang artinya sama. Tidak ada seorang pun yang setara apalagi sama dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dialah yang memiliki segala sesuatu dan yang menciptakannya, maka mana mungkin Dia memiliki tandingan dari kalangan makhluk-Nya yang bisa mendekati atau menyamai-Nya.

Menurut Sayyid Qutb, makna ayat ini adalah, tidak ada yang sebanding dan setara dengan Allah. Baik dalam hakikat wujudnya maupun dalam sifat dzatiyahnya.

Baca juga: Isi Kandungan Surat Al Ikhlas

Penutup

Surat ini berisi rukun-rukun aqidah dan dan syariat Islam paling penting. Yakni mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menyifati Allah dengan sifat sempurna dan menafikan segala sekutu bagi-Nya.

Surat ini merupakan bantahan telak kepada orang-orang kafir baik dari kalangan kaum pagan (musyrik) maupun Yahudi dan Nasrani. Mereka semua telah menyekutukan Allah. Maka Allah menjelaskan tauhid yang benar, yang harus umat Islam yakini. Dalam empat ayat yang padat dan sarat kandungan makna yang dalam.

Demikian Surat Al Ikhlas mulai dari terjemahan, asbabun nuzul, keutamaan hingga tafsirnya. Semoga bermanfaat bagi kita semua, menambah kedekatan dengan Allah dan Dia berkenan menganugerahkan cinta-Nya kepada kita. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

 < Tafsir SebelumnyaTafsir Berikutnya >
 Surat Al Lahab Surat Al Falaq

9 KOMENTAR

  1. Ass wr wb.
    Mohon tanya bagaimana saya bisa memperoleh urutan surat makiyah. Berdasarkan diturunkan nya
    Terima kasih. Wasalam

  2. Jika membaca kutipan dari Ibnu Katsir yang menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak mempunyai istri maka maknanya bahwa Allah SWT adalah seorang laki-laki. Mohon penjelasannya ?

    • Syahrioma Pedro

      Mohon maaf, bukan begitu cara menyimpulkannya. Maksud tafsiran tersebut, bahwa Allah tidak memiliki pasangan. Allah adalah dzat yang tidak sama dengan semua makhluknya. Dalam semua segi. Semoga bisa dipaham dengan benar.

Komentar ditutup.