Beranda Tazkiyah Fadhilah Beramallah Dengan Ikhlas, Jauhilah Syirik (Bagian 2)

Beramallah Dengan Ikhlas, Jauhilah Syirik (Bagian 2)

0
bunga (hdw)

Lanjutan dari Beramallah Dengan Ikhlas, Jauhilah Syirik

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallah Anhu sebuah hadits secara marfu,

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu dan kesyirikan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang dicampuri dengan kesyirikan kepada-Ku, maka Aku akan meninggalkannya bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda,

مَنْ صَلَّى يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang berpuasa untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang bersedekah untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad).

Diriwayatkan dari Umar bin Khathab, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu aliaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya.” (Muttafaq ‘Alaihi).

Wahai para hamba Allah!

Sesungguhnya ikhlas adalah amalan hati yang penting dan termasuk dalam definisi iman. Amalan hati mempunyai kedudukan yang agung, bahkan perbuatan hati lebih penting dan didahulukan daripada amalan panca indra.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berbicara tentang amalan hati,

“Amalan hati merupakan pondasi iman dan kaidah pokok agama, seperti mencintai Allah dan Rasul-Nya, bertawakal kepada-Nya, ikhlas dalam menjalankan perintah agama karena Allah, bersyukur kepada Allah, bersabar atas hukum yang ditetapkan-Nya, takut dan berharap kepada-Nya.

Sikap dan perbuatan ini wajib dilakukan oleh setiap hamba berdasarkan kesepakatan para ulama.”

Mengingat penting dan agungnya perbuatan tersebut, sebagian ulama mengatakan,

“Saya berharap seandainya ada seseorang dari ulama yang memusatkan kesibukannya untuk mengajarkan kepada manusia tentang tujuan mereka beramal, ia duduk mengajarkan tentang niat, bukan yang lain.

Namun, sayangnya kebanyakan dari mereka menyia-nyiakan perkara ini.”

Sehingga, banyak orang yang meremehkan ilmu ini  yang mana dengannya Allah memberi manfaat bagi semua negeri dan bagi para hamba-Nya.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Berlanjut ke Beramallah Dengan Ikhlas, Jauhilah Syirik (Bagian 3)