Beranda Dasar Islam Aqidah Bidadari, Kecantikan, Sifat dan Mahar untuk Meminangnya

Bidadari, Kecantikan, Sifat dan Mahar untuk Meminangnya

4
bidadari
ilustrasi (Straight)

Bidadari adalah salah satu nikmat surgawi yang Allah sediakan untuk hamba-hambaNya yang bertaqwa. Seperti apa kecantikan serta sifatnya, lalu bagaimana cara meminangnya?

Dalam Al Quran, bidadari disebut hurun ‘in (حور عين) sebanyak tiga kali. Yakni di Surat Ad Dukhan ayat 54, Surat Ath Thur ayat 20 dan Surat Al Waqi’ah ayat 22. Di hadits, ia lebih banyak lagi disebutkan secara lengkap dan terperinci. Mulai dari asal penciptaannya, kecantikannya, sifatnya, akhlaknya, sampai jenisnya dan untuk siapa saja mereka itu disediakan di surga.

Arti Bidadari

Seperti disebutkan di atas, bidadari dalam istilah Al Quran adalah hurun ‘in. Syaikh Mahir Ahmad Ash Shufi dalam bukunya Al Jannatu wa An Nar (Surga dan Neraka) menjelaskan bahwa al hur merupakan bentuk jamak dari haura. Yang artinya adalah wanita muda yang jelita, memikat dan putih bersih. Sedangkan al ‘in adalah mata air hitam luas yang merupakan mata air paling indah yang pernah dilihat manusia.

Jadi bidadari adalah makhluk sangat cantik dan mempesona yang disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai kenikmatan di surga bagi para penghuninya.

Al Quran juga menyebutnya dengan istilah azwaajun muthahharah; istri yang suci. Sebab mereka memang makhluk suci yang tidak pernah disentuh siapapun sebelum bertemu dengan sang penghuni surga yang memilikinya. Ia juga akan selamanya suci, termasuk suci dari hadats dan dari najis.

Kecantikan Bidadari

Dari istilah yang digunakan Al Quran saja sudah terisyaratkan bahwa mereka adalah makhluk paling cantik dan paling indah. Digunakan istilah hurun ‘in, selain menunjukkan kecantikannya juga menunjukkan matanya yang indah, lebar dan hitam.

كَذَلِكَ وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ

“Demikianlah, dan Kami berikan mereka pasangan bidadari yang bermata jeli.” (QS. Ad Dukhan: 54)

فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ

“Di dalam surga itu ada (bidadari-bidadari) yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar Rahman: 70)

Ketika menafsirkan ayat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَيْرَاتُ الأَخْلاقِ، حِسَانُ الْوُجُوهِ

“Sebaik-baik akhlak dan secantik-cantik wajah.” (HR. Thabrani)

Kecantikan mereka tidak bisa dibandingkan dengan wanita mana pun di dunia ini. Secantik apa pun yang bisa dibayangkan oleh manusia di dunia, bidadariNya jauh lebih cantik dan menawan daripada itu. Dan kalau wanita ada yang cantik ada yang jelek, tidak ada bidadari yang jelek. Semuanya cantik-cantik.

Kecantikan yang tak bisa dibandingkan dengan wanita tercantik di dunia ini digambarkan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sekiranya salah seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sifat Bidadari

Al Quran dan hadits menyebutkan sifat-sifat bidadari yang sangat mempesona. Selain cantik wajahnya, mereka juga putih bersih warna kulitnya dan mulia ahlaknya.

كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan” (QS. Ar Rahman: 58)

Syaikh Mahir menjelaskan makna ayat ini, Allah menjadikan bidadari dalam keelokan mereka yang memikat, kemurnian yakut dan putihnya marjan. Kemurnian yakut dan putihnya marjan duniawi berbeda dengan di surga. Di dunia, yakut dan marjan yang diciptakan Allah hanya dipakai sementara dan akan sirna. Sedangkan di surga, Allah menciptakan untuk selamanya sehingga murni dan putihnya sangat lembut dan mempesona.

Imam Al Qurthubi dalam At Tadzkirah mengutip perkataan Malik tentang betapa cantiknya bidadari. “Sesungguhnya di surga ada seorang bidadari yang dibanggakan oleh semua penghuni surga karena kecantikannya. Andaikan Allah belaum menentukan terhadap penghuni surga bahwa mereka takkan mati, niscaya mereka semua mati karena melihat cantiknya bidadari ini.”

وَحُورٌ عِينٌ . كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

“Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah: 22-23)

Ketika menjelaskan ayat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemurnian mereka adalah kemurnian mutiara di dalam rumahnya yang tidak pernah disentuh oleh tangan” (HR. Tirmidzi)

Mereka juga tidak pernah tua, namun usianya sebaya. Usia muda yang semakin menyempurnakan kecantikannya, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Waqi’ah ayat 36.

Sifat mempesona bidadari juga terpancar dari kemuliaan akhlak mereka. Sebagaimana firman Allah:

وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ

“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya” (QS. Ash Shaffat: 48)

Jadi mereka tidak liar pandangannya, membatasi penglihatan hanya pada suami-suami mereka di surga. Mereka memiliki rasa malu yang semakin menambah anggun dan kecantikannya.

Dan ini juga isyarat bahwa mereka disediakan Allah untuk hamba-hambaNya yang selama di dunia menjaga pandangannya dari hal-hal yang diharamkan Allah. Mereka disediakan Allah untuk hamba-hambaNya yang selama di dunia memiliki rasa malu yang mencegah mereka dari kemaksiatan dan pandangan berlebihan.

Dari Apa Diciptakan

Jika demikian cantik dan mempesona, dari apakah bidadari diciptakan? Bukankah ia berbeda dengan manusia yang diciptakan dari tanah. Ia juga berbeda dengan jin yang diciptakan dari api. Juga bukan malaikat yang diciptakan dari cahaya. Lantas diciptakan dari apa?

Al Quran menyatakan bahwa bidadari itu diciptakan Allah secara langsung. Dengan “kun”-Nya Allah, lantas fayakun, jadilah mereka.

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً . فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا . عُرُبًا أَتْرَابًا

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari) dengan langsung. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah: 35-37)

Mereka tidak dilahirkan, juga tidak diperbanyak melalui kehamilan dan keturunan. Mereka makhluk yang unik dan istimewa, yang tercipta secara suci dan tetap dalam kondisi suci selamanya.

Jika demikian, dari apa bidadari diciptakan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَلَقَ اللَّهُ الْحُورَ الْعِينَ مِنَ الزَّعْفَرَانِ

“Allah menciptakan para bidadari dari za’faran” (HR. Thabrani)

Lebih detil, Imam Al Qurthubi mengetengahkan atsar panjang tentang penciptaan bidadari dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

“Allah menciptakan bidadari, jari-jari kaki hingga kedua lututnya dari za’faran, dari kedua lutut hingga buah dadanya dari kesturi yang semerbak, bagian itu ke atas hingga leher dari ambar kelabu dan leher hingga kepalanya dari wewangian putih. Bidadari itu mengenakan 70.000 macam pakaian bagaikan bunga Syaqaiq nu’man.

Apabila ia menghadapkan muka, wajahnya bersinar dengan cahaya berkilauan bagaikana matahari bersinar kepada penghuni dunia. Apabila menghadap lagi, hatinya tampak karena pakaian dan kulitnya yang tipis. Dan di atas kepalanya ada 70.000 jalinan rambut, terbuat dari kesturi yang semerbak.”

arti bidadari
Kaligrafi bidadari (hurun ‘in)

Mahar untuk Meminang Bidadari

Bidadari adalah salah satu kenikmatan surga. Siapapun yang masuk surga, maka ia akan mendapatkannya. Maka untuk bisa meminangnya, seseorang harus masuk surga.

Syaikh Mushtafa Murad dalam bukunya Nisaa’ Ahlu Al Jannah merinci, ada delapan amalan yang mempermudah seseorang meminang mendapatkan bidadari. Berikut ini rangkumannya:

1. Taqwa

Orang yang bertaqwa, ia akan dimasukkan Allah ke dalam surgaNya dan dinikahkan dengan bidadariNya. Sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu) di dalam taman-taman dan mata-air-mata-air; mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, demikianlah. Dan Kami berikan kepada mereka bidadari. Di dalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia dari Tuhanmu. Yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. Ad Dukhan: 51-57)

Baca juga: Sholat Jumat

2. Dekat dengan Allah

Dekat dengan Allah merupakan salah satu mahar untuk mendapatkan bidadariNya. Dekat dengan Allah merupakan tingkatan tertinggi dari taqwa yang diganjar Allah dengan surga dan segenap kenikmatan di dalamnya.

“Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah. Berada dalam jannah kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Waqi’ah: 10-24)

3. Ikhlas

Ikhlas adalah beribadah dan beramal hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tidak sedikitpun menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Bagi orang yang demikian, Allah menyediakan surga dan bidadariNya.

“tetapi hamba-hamba Allah yang ikhlas. Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat. di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.” (QS. Ash Shaffat: 40-49)

4. Takut kepada Allah

Orang yang takut kepada Allah karena menyadari keagungan dan kemuliaanNya lalu hanya beribadah kepadaNya dan tidak berbuat syirik, mereka akan dimasukkan Allah ke dalam surga dan dinikahkan dengan bidadari surga.

“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?, kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 46-59)

5. Menjaga diri dari kemaksiatan

Ali Ath Thalhi pernah bermimpi bertemu dengan wanita yang sangat cantik, yang kecantikannya tiada taranya dibandingkan dengan wanita dunia.

“Siapa kamu?” tanya Ath Thali di dalam mimpinya.
“Aku bidadari”
“Maukah engkau menikah denganku?”
“Pinanglah aku kepada Tuhanmu dan bayarlah mahar untukku”
“Apa maharmu?”
“Jaga dirimu dari segala bentuk kemaksiatan”

6. Banyak berpuasa

Imam Tirmidzi dalam kitab an Nawadhir al Ushul meriwayatkan tentang bidadari yang memiliki 70 perhiasan. Mereka disediakan bagi orang-orang yang berpuasa Ramadhan.

Orang-orang yang ahli puasa akan masuk ke surga Rayyan. Di surga ini mereka menanti para ahli puasa yang akan menjadi suaminya. Bahkan disebutkan, satu hari puasa di bulan Ramadhan diberi hadiah istimewa, satu bidadari spesial.

7. Membersihkan masjid

Jangan anggap sepele aktifitas membersihkan masjid. Sebab membersihkan masjid, termasuk menyapunya dan mengeluarkan kotoran dari masjid adalah aktifitas yang membuat pelakunya dirindukan bidadariNya.

Hal itu diriwayatkan oleh sejumlah sahabat dalam At Tadzkirah sebagaimana dikutip oleh Imam Al Qurthubi.

8. Shalat Tahajud

Mahar  berikutnya adalah sholat tahajud. Imam Al Qurthubi mengutip riwayat dari Tsabit dari ayahnya yang termasuk tekun sholat malam. Dia menuturkan, “Pada suatu malam aku bermimpi melihat wanita yang tidak seperti wanita dunia.”

“Siapa kamu?” tanyanya.
“Bidadari, wahai Hamba Allah.”
“Maukah engkau menikah denganku?”
“Pinanglah aku dulu kepada Tuhanku dan penuhilah maharku.”
“Apa maharmu?”
“Tahajud yang lama.”

Demikian pembahasan tentang bidadari, mulai dari arti bidadari, kecantikan dan sifatnya, hingga mahar untuk mendapatkan bidadari. Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk menjadi hambaNya yang bertaqwa sehingga mendapatkan ridhaNya, dimasukkan ke dalam surgaNya. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

4 KOMENTAR

Komentar ditutup.