Suatu ketika, seorang atheis menemui seorang ulama. Ia ingin meruntuhkan aqidah bahwa seluruh makhluk di dunia ini diciptakan oleh Allah.
“Aku juga bisa menciptakan makhluk,” kata atheis tersebut.
“Kamu juga bisa menciptakan makhluk?”
“Ya”
“Coba buktikan”
Atheis itu lantas mengajak sang ulama pergi ke sebuah pohon. Ia membuat lubang di pangkal pohon besar tersebut, lalu meletakkan sepotong daging di dalamnya. “Sebulan lagi kita akan bertemu kembali di sini,” kata atheis itu setelah menutup lubang di pangkal pohon.
Sebulan kemudian, keduanya bertemu sesuai rencana. Orang atheis itu membuka lubang pada pangkal pohon sembari tersenyum penuh kemenangan. “Lihatlah, di dalamnya telah ada banyak cacing. Itu adalah makhluk. Aku telah berhasil menciptakan makhluk. Apakah dengan demikian aku layak disebut Tuhan? Katamu Allah itu Tuhan yang Maha Pencipta. Buktinya aku bisa menciptakan makhluk”
Sang ulama tetap tenang. Begitu orang atheis tersebut diam, sang ulama bertanya, “Berapa jumlah cacing yang kau ciptakan itu?”
“Aku.. aku belum menghitungnya”
“Berapa jumlah yang jantan dan berapa jumlah yang betina?”
“Aku tidak tahu”
“Cacing yang katanya kau ciptakan ini sebagiannya merayap ke pohon, hendak ke mana mereka? Apa yang mereka makan hari ini dan kapan mereka mati?”
“Tentu saja aku tidak tahu”
“Subhanallah. Engkau mengklaim sebagai pencipta cacing-cacing tersebut, tetapi engkau tidak tahu jumlahnya. Engkau tidak tahu berapa yang jantan dan berapa yang betina. Engkau tidak tahu ke mana mereka akan pergi. Engkau tidak tahu mereka makan apa. Engkau juga tidak tahu kapan mereka mati. Pencipta macam apa kau ini?” mendengar cercaan bertubi-tubi itu, atheis tersebut diam seribu bahasa. Ia tak sanggup berkata apa-apa.
Persis seperti Fir’aun ketika mengaku Tuhan dan diminta oleh Nabi Musa untuk menerbitkan matahari dari barat, “fabuhital ladzii kafar” maka terbungkamlah mulut orang kafir itu. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]
*Diadaptasi dari dari Rihlatu Hayah karya DR Muhammad Al Arifi
Ilmu yang tidak disertai agama akan menyebabkan kesombongan dan menganggap TUhan tidak ada,, sehingga sangat penting dalam setiap ilmu yg kita kuasai kita syukuri karena Allah SWT yang memberikan kita kemampuan itu. Semoga para atheis dapat hidayah dari artikel ini amin yaaRobbalamin
Sebaik dan sehebat apa kita di hadapan manusia, tetaplah menjadi yang terlemah di hadapan Allah..
Allah Al-Jabbar, Al Mutakkabbir, Dzul Jalaali Wal Ikraam, Jika Dia berkehendak, cukup dengan mengatakan qun… maka jadilah ia..
Ulama tersebut menjawab secara cerdas…
Komentar ditutup.