Surat Al-Fatihah Ayat 4 dan Artinya
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai di Hari Pembalasan.
Surat Al-Fatihah Ayat 4 Arti Perkata
Yang menguasai | مٰلِكِ |
hari | يَوْمِ |
pembalasan | الدِّينِ |
Baca juga: Surat Al-Lahab
Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 4
Berikut ini tafsir Surat Al-Fatihah ayat 4 dari Tafsir Al-Muyassar karya Syekh ‘Aidh Al-Qarni. Lalu Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti. Kemudian Tafsir Al-Wajiz karya Syekh Wahbah Az-Zuhaili dan ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.
Tafsir Al-Muyassar
Dia-lah penguasa hari pembalasan. Dikhususkannya penyebutan hari pembalasan pada ayat ini adalah untuk memperlihatkan kesempurnaan kekuasaan-Nya atas seluruh makhluk pada hari itu. Meskipun, tanpa hal ini pun, Dia tetap penguasa hakiki hari pembalasan dan seluruh hari-hari yang ada.
Hari Pembalasan adalah suatu hari ketika manusia akan dibalas sesuai dengan perbuatannya; jika ia baik amalnya maka akan dibalas dengan kebaikan dan jika buruk amalnya maka ia akan dibalas dengan keburukan. Oleh karena itu, kita wajib untuk selalu mengingat hari itu dan mempersiapkan bekal untuknya.
Tafsir Jalalain
(Yang menguasai hari pembalasan) di hari kiamat kelak. Lafal ‘yaumuddiin‘ disebutkan secara khusus, karena di hari itu tiada seorang pun yang mempunyai kekuasaan, kecuali hanya Allah Taala semata. Sebagaimana firman Allah Taala yang menyatakan, “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Q.S. Al-Mukmin 16)
Bagi orang yang membacanya ‘maaliki’ (ma panjang) maknanya menjadi “Dia Yang memiliki semua perkara di hari kiamat”. Atau Dia adalah Zat yang memiliki sifat ini secara kekal, perihalnya sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain, yaitu seperti ‘ghaafiruz dzanbi‘ (Yang mengampuni dosa-dosa). Dengan demikian maka lafal ‘maaliki yaumiddiin‘ ini sah menjadi sifat bagi Allah, karena sudah ma`rifah (dikenal).
Tafsir Al-Wajiz
Raja segala urusan pada hari perhitungan dan hari pembalasan; dan Dialah satu-satunya penguasa pada hari itu.
Baca juga: Surat An-Nasr
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Sebagian ulama qira’ah membacanya maliki (ملك) dengan memendekkan ma. Dan sebagian membaca maaliki (مالك) dengan memanjangkan ma. Keduanya shahih lagi mutawatir dalam qira’ah sab’ah. Malik artinya raja sedangkan maalik artinya pemilik atau yang memiliki.
Abdullah bin Abbas mengatakan, yaumid din (يوم الدين) adalah hari semua makhluk menjalani hisab atau perhitungan amal, yakni hari kiamat. Allah membalas mereka semua sesuai amal perbuatannya masing-masing. Jika amalnya baik, balasannya juga baik. Jika amalnya buruk, balasannya juga buruk, kecuali jika mendapat ampunan Allah.
Ibnu Abbas juga menjelaskan makna keseluruhan ayat ini, bahwa pada hari pembalasan, tiada seorang penguasa atau raja pun yang memiliki kekuasaan seperti halnya di saat mereka masih hidup di dunia. Hanya Allah yang menguasai hari pembalasan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْمًا عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيرًا
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah milik Yang Maha Pengasih. Itu adalah hari yang sangat sulit bagi orang-orang kafir. (QS. Al-Furqan: 26)
< Sebelumnya | Surat | Berikutnya > |
Al-Fatihah ayat 3 | Al-Fatihah | Al-Fatihah ayat 5 |