Bulan Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender hijriyah. Tanggal 1 Muharram merupakan tahun baru hijriyah. Lalu apa keutamaan bulan Muharram dan apa saja amalan sunnah di dalamnya?
Daftar Isi
Sekilas Sejarah Bulan Muharram
Nama Muharram (المحرم) berasal dari kata haram (حرم) yang artinya suci atau terlarang. Sesuai dengan penamaan tersebut, pada bulan ini orang-orang Arab tidak boleh berperang dan membunuh. Larangan tersebut terus berlaku hingga masa Islam. Bahkan bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram.
Nama-nama bulan, termasuk Muharram, sudah ada sejak zaman jahiliyah. Namun, Arab sebelum Islam tidak memiliki angka tahun. Bahkan, pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun, umat Islam tidak memiliki angka tahun. Mereka biasa menamakan tahun dengan peristiwa besar yang terjadi di dalamnya.
Misalnya mereka menamakan tahun kelahiran Rasulullah sebagai tahun gajah (amul fil) karena pada tahun tersebut ada penyerangan pasukan gajah di bawah pimpinan Abrahah yang akan menghancurkan Ka’bah. Mereka menamakan tahun tertentu sebagai sebagai tahun fijar (amul fijar) karena saat itu terjadi perang Fijar. Mereka menamakan tahun di mana Rasulullah menerima wahyu dengan sebutan tahun nubuwah.
Pada tahun ketiga masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, pejabat pemerintah mendapati masalah. Ketiadaan angka tahun membuat sebagian pejabat pemerintah kesulitan merespon informasi dalam surat khalifah.
Atas aduan Gubernur Basrah Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Umar kemudian menerbitkan kalender Islam. Musyawarah bersama para sahabat terkemuka memutuskan memulai kalender Islam dari tahun hijrahnya Rasulullah. Karenanya kalender Islam dikenal dengan nama kalender hijriyah.
Atas usul Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, mereka juga sepakat menjadikan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender hijriyah. Mengapa? Sebab sejak dahulu orang Arab menganggap Muharram adalah bulan pertama. Kedua, umat Islam telah menyelesaikan ibadah haji pada bulan Dzulhijjah. Ketiga, bulan Muharram merupakan bulan munculnya tekad hijrah ke Madinah setelah pada Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II.
Keutamaan Bulan Muharram
Muharam merupakan bulan yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memiliki beberapa keutamaan. Berikut ini tiga keutamaan bulan Muharram:
1. Bulan Haram
Bulan Muharam merupakan salah satu bulan haram. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu. (QS. At Taubah : 36)
Empat bulan haram yang menurut Surat At Taubah ayat 36 ini adalah bulan Dzulqidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan yang Allah muliakan. Bulan-bulan ini memiliki kesucian dan karenanya menjadi bulan pilihan. Di antara bentuk kesucian dan kemuliaan bulan-bulan ini adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali terpaksa karena diserang oleh kaum kafir.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengutip penafsiran Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu. “Amal shalih di bulan haram pahalanya lebih besar, dan kezaliman di bulan ini dosanya juga lebih besar dibanding di bulan-bulan lainnya, kendati kezaliman di setiap keadaan tetap besar dosanya.”
2. Bulan Allah
Keutamaan bulan Muharram yang kedua adalah, bulan ini merupakan syahrullah (bulan Allah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan Allah) yaitu Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim)
Az Zamakhsyari menjelaskan, ”Bulan Muharram disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan agungnya bulan ini. Sebagaimana kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) atau ’Ahlullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy. Penyandaran yang khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-bulan lainnya, ini menunjukkan adanya keutamaan pada bulan ini.”
Sedangkan Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iraqiy menjelaskan, Muharram disebut syahrullah karena pada bulan ini diharamkan pembunuhan dan ia merupakan bulan pertama dalam setahun.
3. Disunnahkan Puasa Tasu’a dan Asyura
Kemuliaan ketiga dari bulan ini adalah adanya syariat puasa tasu’a dan asyura di dalamnya. Bahkan puasa tasu’a dan asyura serta puasa sunnah lainnya nilainya menjadi puasa yang paling mulia setelah Ramadhan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
Jika memperbanyak puasa ini tidak terkait dengan tanggal-tanggal tertentu, puasa Tasu’a adalah puasa pada tanggal 9 Muharram dan puasa Asyura adalah puasa pada tanggal 10 Muharram.
Baca juga: Puasa Senin Kamis
Amalan Sunnah di Bulan Muharram
Setelah mengetahui keutamaan bulan Muharram, tentu kita juga perlu mengetahui amalan sunnah di dalamnya. Karena tidaklah sebuah bulan memiliki keutamaan melainkan pasti ada amal khusus di dalamnya. Lalu apa saja amalan sunnah di bulan Muharram? Berikut ini empat di antaranya:
1. Memperbanyak puasa sunnah
Amalan sunnah di bulan Muharram yang pertama adalah memperbanyak puasa sunnah. Sebab puasa sunnah paling utama adalah puasa sunnah di bulan ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
Ibnu Rajab mengisyaratkan, puasa yang dimaksud adalah puasa sunnah mutlak, bukan puasa sunnah muqayyad. Umar, Aisyah, dan Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhum termasuk para shahabat yang banyak berpuasa di bulan-bulan haram termasuk bulan Muharram.
2. Puasa Asyura
Puasa Asyura adalah puasa pada tanggal 10 Muharram. Ini adalah amal yang paling utama dan puasa sunnah terbaik di bulan Muharram yang keutamaannya bisa menghapus dosa setahun.
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura, beliau menjawab, “ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim)
3. Puasa Tasu’a
Puasa Tasu’a adalah puasa pada tanggal 9 Muharram. Rasulullah berazam untuk mengerjakannya, meskipun beliau tidak sempat menunaikan karena wafat sebelum waktu itu tiba. Lalu para sahabatnya menjalankan puasa tasu’a seperti keinginan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إذا كان العام المقبل صمنا يوم التاسع
“Apabila tahun depan (kita masih diberi umur panjang), kita akan berpuasa pada hari tasu’a (kesembilan).” (HR. As-Suyuthi; shahih)
4. Membantu orang lain
Amalan sunnah berikutnya adalah memberikan kelapangan kepada keluarga pada hari asyura. Khususnya membahagiakan istri dan anak-anak.
Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah membuat judul khusus التوسعة يوم عاشوراء (Bagaimana merayakan hari Asyura). Sayyid Sabiq mencantumkan hadits ini di bawah judul tersebut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi dirinya dan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu” (HR. Baihaqi)
“Hadits tersebut memiliki riwayat lain, tetapi semuanya lemah,” kata Sayyid Sabiq. “Hanya saja apabila digabungkan antara satu dengan lainnya, maka bertambah kuat sebagaimana yang telah dikatakan Sakhawi.”
Berikut ini hadits-hadits yang Sayyid Sabiq maksudkan sebagai penguat hadits di atas:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي سَنَتِهِ كُلِّهَا
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan melapangkannya di keseluruhan tahun itu” (HR. Thabrani dan Hakim)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِي سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka ia takkan kesulitan di waktu lain sepanjang tahun itu” (HR. Thabrani)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ أَهْلِهِ طَوْلَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan kepada keluarganya sepanjang tahun itu” (HR. Baihaqi)
مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
“Barangsiapa memberi kelapangan bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah akan memberi kelapangan baginya sepanjang tahun itu” (HR. Baihaqi)
Demikian Keutamaan Bulan Muharram dan amalan sunnah di dalamnya. Semoga bermanfaat untuk kita amalkan bersama. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Masya Allah Tabarokallah
terimakasih ilmunya… bermanfaat sekali…
ijin copy materi ustadz… untuk share
Komentar ditutup.