Beranda Kisah-Sejarah Sirah Nabawiyah Sakaratul Maut Rasulullah dan Kematiannya yang Membuat Umar “Hilang”

Sakaratul Maut Rasulullah dan Kematiannya yang Membuat Umar “Hilang”

wall321.com (ilustrasi)
Sakaratul maut merupakan sunnatullah yang berlaku bagi semua hamba-Nya.
 
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati pula.” (QS. Azzumar: 30)
 
Saat fajar tiba pada 12 Rabiul Awal tahun ke 11 Hijriah telah masuk, orang-orang tengah sholat di belakang Abu Bakar dan Rasulullah muncul dari baliknya sambil tersenyum memandang mereka yang tengah berbaris sholat.
 
Abu Bakar hendak mundur, memberi tempat kepada beliau mengira beliau ingin melaksanakan sholat. Mereka nyaris menangguhkan sholatnya hendak keluar shaf karena gembira menyaksikan Rasulullah Saw. Akan tetapi, beliau ingin segera memberi isyarat dengan tangannya agar melanjutkan sholat.
Kemudian beliau masuk kamar seraya melabuhkan kain penutup itu.
 
Mengira Rasulullah Saw. telah sembuh dari sakitnya, maka usai menjalankan sholat, orang-orang meninggalkan masjid dengan gegas. Namun rupanya itu adalah pandangan terakhir mereka terhadap Rasulullah.
 
Rasulullah Saw. ke kamar Aisyah lalu berbaring seraya menyandarkan kepalanya di dada Aisyah. Menghadapi sakaratul maut.
 
Aisyah berujar, “Saat itu, di hadapan beliau terdapat bejana berisi air kemudian diusapkan ke wajahnya seraya berkata, ‘La Ilaha illallah. Sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat.'”
 
Biasanya jika menyaksikan seperti hal itu, Fatimah radhiyallahu ‘anha berucap, “Alangkah berat penderitaan Ayah!” Beliau menjawab, “Sesudah ini ayahmu tidak akan menderita lagi.”
 
Aisyah berkata, “Sesungguhnya Allah telah menghimpun antara ludahku dan ludahnya pada saat kematian beliau. Ketika aku sedang memangku Rasulullah Saw., tiba-tiba Abdurrahman masuk seraya membawa siwak. Aku melihat Rasulullah Saw. terus menerus memandangnya sehingga aku tahu kalau beliau menginginkan siwak.
 
Aku tanya, ‘Kuambilkan untukmu?’ setelah memberi isyarat ‘ya’ lalu kuberikan siwak itu. Karena siwak itu terlalu keras, kutawarkan untuk melunakkannya dan beliau memberikan isyarat setuju. Beliau kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam bejana berisi air yang berada di hadapannya lalu mengusap wajahnya seraya berucap, ‘La Ilaha illallah. Sesungguhnya kematian itu mempunyai sekarat.'” Beliau kemudian tangannya seraya berucap, ‘Fir-Rafiqil a’la, sampai beliau wafat dan tangannya lunglai.”
 
Akhirnya, tersiarlah kabar kematian Rasulullah Saw. di tengah masyarakat.
 
Abu Bakar menunggang kudanya dari tempat tinggalnya di Sunuh (ia pergi ke rumahnya mengira Rasulullah sudah sehat) hingga tiba di masjid.
 
Abu Bakar tidak berbicara kepada siapapun hingga ia masuk ke rumah Aisyah dan langsung melihat Rasulullah Saw. yang sedang ditutup dengan kain putih buatan Yaman.
 
Setelah menyingkap wajah beliau, sambil berurai air mata, ia berkata, “Ayah ibuku jadi tebusanmu. Allah tidak mengumpulkan pada dirimu dua kematian. Adapun kematian yang telah ditetapkan atasmu maka hal itu telah engkau jalani.”
 
Abu Bakar kemudian keluar, sementara Umar Ra. tengah berbicara kepada orang-orang bahwa Rasulullah Saw tidak mati, tapi sedang pergi menemui Rabbnya sebagaimana Musan bin Imran dan beliau tidak akan mati sampai orang-orang munafik punah.
 
Abu Bakar mendatanginya, seraya berkata, “Tunggu sebentar wahai Umar. Diamlah!”
 
Umar tidak mengindahkannya dan terus berbicara emosional. Umar seperti hilang, hilang kendalinya.
 
Melihat Umar tidak mau berhenti, Abu Bakar pergi menemui orang-orang dan mereka pun mendatangi Abu Bakar serta meninggalkan Umar.
 
Abu Bakar berkata, “Amma ba’du. Wahai manusia, barangsiapa di antara kalian menyembah Muhammad maka ketahuilah bahwa Muhammad telah meninggal dan barangsiapa yang menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Mahahidup dan tidak akan mati. (Abu Bakar pun membaca Ali-Imran: 144)
 
Sebelum Abu Bakar membaca Ali-Imran itu seolah-olah mereka tidak tahu bahwa Allah telah menurunkan ayat tersebut sehingga yang mendengarkan bacaan Abu Bakar tersebut dengan kompak membacanya.
 
Umar lalu berkata,”Demi Allah, setelah kudengar Abu Bakar membaca ayat tersebut, aku merasa tidak berdaya; kedua kakiku lemas sehingga aku duduk ke tanah karena dia membacakan bahwa Rasulullah Saw telah meninggal dunia.”
 
Para perawi sepakat bahwa Rasulullah Saw. meninggal di usia 63 tahun.