Beranda Dasar Islam Fiqih Niat Sholat Idul Adha, Tata Cara, Bacaan, dan Sunnah-Sunnahnya

Niat Sholat Idul Adha, Tata Cara, Bacaan, dan Sunnah-Sunnahnya

17
sholat idul adha
sholat idul adha (newsth.com)

Sholat idul adha adalah amal khusus di hari raya idul adha yang pahalanya luar biasa. Bagaimana niat sholat idul adha, bacaan, dan tata caranya? Kapan waktu pelaksanaan dan apa saja sunnah-sunnahnya? Berikut pembahasan lengkapnya.

Begitu besarnya pahala sholat ini, Rasulullah memerintahkan kaum laki-laki dan perempuan untuk mengerjakannya. Juga budak dan anak-anak. Bahkan wanita haid juga beliau perintahkan menyaksikan meskipun harus menjauh dari tempat sholat.

Hukum Sholat Idul Adha

Jumhur ulama menjelaskan bahwa hukum sholat idul adha adalah sunnah muakkadah. Yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.

Pendapat hukum sholat idul adha adalah sunnah dan bukan wajib ini berdasarkan dari jawaban Rasulullah ketika seseorang bertanya kepada beliau tentang kewajiban dalam Islam. Beliau bersabda:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ . فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ لاَ ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ

“Sholat lima waktu sehari semalam.” Orang itu bertanya lagi, “Apakah ada kewajiban (sholat) lain?” Beliau menjawab, “Tidak, kecuali engkau mengerjakan sholat sunnah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Abdurrahman Al Juzairi menjelaskan dalam kitab Fiqih Empat Madzhab, menurut Mazhab Hambali, hukum sholat idul adha adalah fardhu kifayah bagi mereka yang telah wajib untuk sholat Jumat. Sehingga, jika di suatu masyarakat muslim sudah ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban bagi orang lain.

Sedangkan menurut mazhab Hanafi, hukumnya fardhu ‘ain bagi mereka yang telah wajib Sholat Jumat. Sehingga yang tidak mengerjakannya akan mendapat dosa. Mereka berhujjah dengan hadits Rasulullah yang memerintahkan seluruh muslim Madinah untuk mengikuti sholat id, termasuk budak perempuan. Bahkan wanita yang sedang haid pun Rasulullah perintahkan untuk hadir mendengarkan khutbah. Namun, menjauhi tempat sholat. Sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah radhiyallahu ‘anha

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَ فِيْ عِيْدَيْنِ العَوَاطِقَ وَالْحُيَّضَ لِيَشْهَدْناَ الخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَتَعْتَزِلَ الْحُيَّضُ الْمُصَلِّى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami keluar menghadiri shalat ‘id bersama budak-budak perempuan dan perempuan-perempuan yang sedang haid untuk menyaksikan kebaikan-kebaikan dan mendengarkan khuthbah. Namun beliau menyuruh perempuan yang sedang haid menjauhi tempat shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat Sholat Idul Adha

Di dalam hadits, tidak ada lafadz niat sholat idul adha. Rasulullah dan para sahabat biasa mengerjakan ibadah dengan niat tanpa melafadzkannya.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam kitab Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah syarat, tetapi menurut jumhur ulama hukumnya sunnah karena membantu hati dalam menghadirkan niat. Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Niat sholat idul adha sebagai makmum

Nah, berikut ini lafadz niat sholat idul adha sebagai makmum:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa)

Artinya:
Saya niat sholat sunnah idul adha dua raka’at sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

niat sholat idul adha

Niat sholat idul adha sebagai imam

Sedangkan untuk imam, lafadz niat sholat idul adha adalah sebagai berikut:

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى

(usholli sunnatan ‘iidil adha rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa)

Artinya:
Saya niat sholat sunnah idul adha dua raka’at sebagai imam karena Allah Ta’ala

Baca juga: Puasa Arafah

Tempat Sholat Idul Adha

Sholat idul adha disyariatkan dikerjakan secara berjamaah. Tempatnya lebih afdhol (utama) di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan.

Dalilnya, Rasulullah biasa mengerjakan sholat ‘id di tanah lapang meskipun ada Masjid Nabawi yang pahala sholat di dalamnya dilipatgandakan 1.000 kali lipat. Sebagaimana hadits dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa hadits ini menjadi dalil bahwa sholat ‘id di tanah lapang lebih utama daripada di masjid. Kecuali penduduk Makkah yang selalu mengerjakan sholat ‘id di masjidil haram.

Fikih Manhaji Mazdhab Syafii menjelaskan, tempat sholat id terbaik adalah di tempat yang banyak menampung jamaah. Jika daya tampungnya sama, masjid lebih utama dari pada lapangan karena kaum muslimin bisa mendapat dua pahala yakni dari sholatnya dan keberadaannya di masjid. Rasulullah sholat id di tanah lapang karena waktu itu masjid Nabawi sempit tidak bisa menampung seluruh jamaah yang terdiri dari kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak.

Namun, jika seseorang mengerjakan Sholat Idul Adha sendiri maupun berjamaah di rumah juga sah. Imam Syafi’i Rahimahullah mengatakan dalam Al Umm:

ويصلي العيدين المنفرد في بيته والمسافر والعبد والمرأة

Shalat dua hari raya seorang diri di rumah baik musafir, hamba sahaya, dan wanita.

Sayyid Sabiq rahimahullah dalam Fiqih Sunnah juga menjelaskannya. Beliau mengatakan:

تصح صلاة العيد من الرجال والنساء مسافرين كانوا أو مقيمين جماعة أو منفردين، في البيت أو في المسجد أو في المصلى

Shalat Id itu sah dilakukan oleh pria, wanita, musafir, mukimin, berjamaah, sendiri, di masjid, di rumah, maupun di lapangan.

Baca juga: Sholat Tahajud

Waktu Sholat Idul Adha

Sesuai namanya, pelaksanaan sholat ini pada pagi hari Idul Adha yakni tanggal 10 Dzulhijjah.

Menurut jumhur ulama, waktunya mulai sejak matahari setinggi tombak sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat). Menyegerakan sholat ini lebih utama sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkannya.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah menjelaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mempercepat pelaksanaan sholat ini. Hikmahnya, agar kaum muslimin memiliki lebih banyak waktu untuk menyembelih hewan qurban.

Baca juga: Sholat Dhuha

Tata Cara Sholat Idul Adha

Pelaksanaan sholat idul adha lebih utama secara berjamaah. Setelah sholat selesai, khatib menyampaikan khutbah. Ini berbeda dengan urutan pada sholat Jumat yang khutbahnya di awal, setelah itu baru sholat.

Berikut ini beberapa hal terkait pelaksanaan sholatnya:

1. Tidak ada sholat qobliyah dan ba’diyah

Tidak ada sholat sunnah qabliyah sebelum sholat idul adha. Demikian pula, tidak ada sholat sunnah ba’diyah sesudahnya. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Tidak ada adzan dan tidak ada iqomah

Berikutnya, tidak ada adzan sebelum sholat idul adha, tidak pula ada iqomah. Sebagaimana hadits dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu:

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

Aku beberapa kali melaksanakan shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.

Secara praktis, tata cara sholat idul adha adalah sebagai berikut:

  • Niat.
  • Takbiratul ihram.
  • Takbir lagi (takbir zawa-id) hingga totalnya 7 kali. Sunnah membaca dzikir memuji Allah di antara takbir.
  • Membaca surat Al Fatihah dilanjutkan surat lainnya.
  • Ruku’ dengan tuma’ninah.
  • I’tidal dengan tuma’ninah.
  • Sujud dengan tuma’ninah.
  • Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah.
  • Sujud kedua dengan tuma’ninah.
  • Bangkit dari sujud dan bertakbir.
  • Takbir sebanyak lima kali. Sunnah membaca takbir di antara takbir.
  • Ruku’ dengan tuma’ninah.
  • I’tidal dengan tuma’ninah.
  • Sujud dengan tuma’ninah.
  • Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah.
  • Sujud kedua dengan tuma’ninah.
  • Duduk tasyahud dengan tuma’ninah.
  • Salam.

Singkatnya, yang berbeda dari sholat lainnya adalah niat dan takbir zawa-id. Di antara setiap takbir zawa-id, sunnah membaca dzikir dengan memuji Allah. Di antaranya dengan bacaan:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ

(Subhanalloh wal hamdulillah wa laa ilaha illalloh wallohu akbar)

Artinya:
Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar

Adapun bacaan sholat untuk setiap gerakan lainnya, bisa dibaca lengkap di Bacaan Sholat

Sunnah-Sunnah Sholat Idul Adha

Ada sejumlah sunnah sholat idul adha baik sebelum maupun sesudahnya. Di antaranya adalah delapan hal berikut ini:

1. Mandi sholat idul adha sebelum berangkat

Pertama, Rasulullah mengajarkan untuk mandi sebelum berangkat sholat ‘id. Demikian pula para shahabat biasa menjalankan sunnah mandi sholat idul adha ini.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الأَضْحَى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mandi pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ibnu Majah)

2. Memakai pakaian terbaik

Kedua, Rasulullah mengenakan pakaian terbaik ketika sholat ‘id. Beliau juga memerintahkan sahabat mengenakan pakaian terbaik. Sebagaimana hadits dari Hasan As Sibhti:

أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد ، وأن نتطيب بأجود ما نجد

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami agar pada hari raya mengenakan pakaian terbagus dan wangi-wangian terbaik. (HR. Hakim)

3. Memakai wewangian

Selanjutnya, sunnah menggunakan wewangian, khususnya bagi pria, sebagaimana hadits di atas. Adapun bagi kaum muslimah, sebaiknya tidak menggunakan parfum yang baunya tajam karena ada hadits yang melarangnya.

4. Mengajak keluarga dan anak-anak

Sebagaimana hadits yang disebutkan tepat di atas judul niat sholat idul adha di atas, Rasulullah memerintahkan seluruh wanita untuk menghadiri sholat id. Demikian pula riwayat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika masih kecil turut sholat id. Bahkan, wanita yang haid pun diajak melihat namun menjauh dari tempat sholat, sebagaimana hadits dari Ummu Athiyyah yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim.

5. Takbiran saat menuju tempat sholat

Selanjutnya, sunnah takbiran saat berangkat menuju tempat sholat. Bahkan sunnah takbiran ini sejak 9 Dzulhijjah setelah Subuh. Di antara lafazh takbir, boleh dua kali takbir, boleh pula tiga kali takbir.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Artinya:
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Artinya:
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah kecuali Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya

Baca juga: Amal Bulan Dzulhijjah

6. Berjalan kaki

Sunnah berjalan kaki baik saat pergi maupun pulang. Tidak naik kendaraan kecuali ada hajat, misalnya sangat jauh. Sebagaimana hadits dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘id dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang. (HR. Ibnu Majah)

7. Melewati jalan yang berbeda

Disunnahkan pula mengambil jalan berbeda saat pergi dan pulang. Sebagaimana hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘id, beliau lewat jalan yang berbeda saat berangkat dan pulang. (HR. Bukhari)

8. Menyegerakan mulainya sholat idul adha

Salah satu sunnah sholat idul adha adalah menyegerakan mulainya sholat. Di antara hikmahnya, agar lebih banyak tersedia waktu untuk menyembelih hewan qurban.

Tanggal Pelaksanaan Sholat Idul Adha 2024

Untuk tahun 2024 masehi ini, Sholat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1445 hijriah terjadi perbedaan hari antara Indonesia dengan Arab Saudi. Berdasarkan ru’yatul hilal, Pemerintah Indonesia memutuskan 1 Dzulhijjah 1445 hijriah jatuh pada hari Sabtu tanggal 8 Juni 2024 sehingga Idul Adha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.

Menurut Muhammadiyah yang menggunakan hisab wujudul hilal juga sama, Idul Adha jatuh pada Senin, 17 Juni 2024. Sedangkan di Arab Saudi, Idul Adha bertepatan dengan Ahad, 16 Juni 2024. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

17 KOMENTAR

  1. Assalamu’alaikum…
    Ustadz sy mau nanya,”apakah tidak sah shalat ied apabila tidak mengikuti khutbah?”
    Terimakasih

    • Sholat idul adha disyariatkan dikerjakan secara berjamaah. Rasulullah memerintahkan wanita dan anak-anak untuk ikut sholat idul adha berjamaah. Bahkan wanita yang sedang haid juga disuruh keluar, mendekat jamaah agar bisa mendengar khutbah, tapi tidak ikut sholat.

      • Apakah khotbah setelah shalat idul adha itu harus dikerjakan tad .. misal hanya sholat saja tidak memakai khotbah bagaimana hukumnya ?

  2. Saya suka dengan artikel ini, sangat membantu bagi orang yg belum pernah sholat ied, terima kasih ilmunya

      • Disunnahkan untuk tidak makan dulu sebelum sholat idul adha. Makannya setelah selesai sholat idul adha. Namun dalam istilah syariat tidak disebut puasa karena puasa itu dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

    • Sholat idul adha disyariatkan dikerjakan secara berjamaah. Rasulullah memerintahkan wanita dan anak-anak untuk ikut sholat idul adha berjamaah. Bahkan wanita yang sedang haid juga disuruh keluar, mendekat jamaah agar bisa mendengar khutbah, tapi tidak ikut sholat.

    • Tapi tetap sah jika dikerjakan di rumah/sendiri.. karena satu2nya sholat yg WAJIB dilakukan berjamaah adalah sholat Jum’at. Utk sholat lain, hukum nya terperinci.
      Jadi boleh saja, tpi kurang utama

Komentar ditutup.