Bertepatan dengan momen peringatan isra’ mi’raj 1446 hijriah ini, Gaza dan Israel menyepakati gencatan senjata. Meskipun Gaza dan dunia Islam menyambut gembira dan menilainya sebagai kemenangan, tetapi ia baru capaian antara. Perjuangan masih panjang hingga Palestina merdeka dan Masjid Al Aqsha kembali ke pangkuan umat Islam. Karenanya, khutbah Jumat akhir Januari ini mengambil tema Isra’ Mi’raj dan Palestina.
Meskipun Rajab telah lewat, mengambil ibrah isra’ mi’raj masih relevan. Khutbah Jumat Isra’ Mi’raj dan Palestina ini selain bisa untuk Jumat 24 Rajab 1446 bertepatan 24 Januari 2025, bisa pula untuk edisi 1 Sya’ban 1446 hijriyah yang bertepatan dengan 31 Januari 2025.
Daftar Isi
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Salah satu peristiwa besar dalam Islam adalah isra’ mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan ia merupakan peristiwa ajaib yang menjadi salah satu mukjizat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Malam itu, 27 Rajab tahun 11 kenabian, Allah Subhanahu wa Ta’ala memperjalankan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina. Sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al Isra’ ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isra‘: 1)
Lalu, Allah menaikkan Rasulullah melewati langit pertama, kedua, hingga ketujuh, lalu sampailah di Sidratul Muntaha. Di Sidratul Muntaha itulah Rasulullah mendapatkan perintah kewajiban shalat lima waktu.
Shalat sebagai Healing dan Solusi
Sebelum isra’ mi’raj, Rasulullah mengalami amul huzn (tahun kesedihan). Sebab, paman beliau Abu Thalib, yang selama ini totalitas membela dengan kedudukannya, wafat. Tak lama kemudian, tepatnya pada Ramadhan tahun 10 kenabian, istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha juga wafat. Istri sangat Rasulullah cintai, yang selalu membenarkan dan mendukung dakwah beliau, bahkan mengorbankan seluruh hartanya, kini tiada.
Wafatnya dua tokoh pembela ini membuat orang-orang kafir Quraisy semakin berani menyakiti Nabi. Siksaan mereka kepada kaum muslimin semakin keras, permusuhan mereka semakin ganas.
Melihat kondisi Makkah yang semakin beringas, Rasulullah berusaha melebarkan dakwah ke luar daerah. Berharap ada kota lain yang mau menerima dakwah dan menjadi basis sosial Islam. Maka, beliau pun pergi ke Thaif. Namun, bukan sambutan hangat yang beliau terima, penduduk Thaif justru mendustakannya. Bukan hanya penolakan yang mereka lakukan, tetapi pengusiran. Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi mereka juga melempari Rasulullah dengan batu hingga kaki beliau berdarah-darah.
Ketika Rasulullah keluar dari Thaif dalam kondisi sedih, malaikat Jibril dan malaikat penjaga gunung mendatangi beliau yang saat itu berhenti sejenak di sebuah kebun. “Wahai Rasulullah, Allah mengetahui apa yang penduduk Thaif lakukan padamu. Jika engkau mau, aku timpakan dua gunung ini agar penduduk Thaif binasa semuanya,” kata malaikat dengan geram.
Namun, inilah keagungan akhlak Rasulullah. Beliau menolaknya seraya berkata, “Jangan, justru aku ingin dari kalangan mereka lahir generasi yang beriman kepada Allah.” Kelak, doa ini menjadi kenyataan, penduduk Thaif berbondong-bondong masuk Islam.
Setelah Rasulullah mengalami kesedihan demi kesedihan seperti ini, Allah meng-isra’ mi’raj-kan beliau. Maka, isra’ mi’raj menjadi tasliyah (healing) bagi beliau. Dan shalat adalah inti dari tasliyah itu.
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Dan dijadikan shalat sebagai penyejuk hatiku. (HR. An-Nasa’i dan Ahmad; hasan)
Shalat juga menjadi solusi sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. (QS. Al-Baqarah: 153)
Masjid Al Aqsha Tujuan Isra’ dan Titik Tolak Mi’raj
Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah,
Setelah mengetahui Rasulullah isra’ ke Masjid Al Aqsha dan memulai mi’raj dari sana, para sahabat memiliki perhatian besar kepada masjid yang merupakan kiblat pertama mereka itu. Saat itu, Masjid Al Aqsha berada di bawah kekuasaan Romawi yang beragama Nasrani. Maka, mereka memiliki keinginan untuk membebaskannya.
Keinginan itu kemudian terwujud pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Mereka berhasil membebaskan Palestina dari kekuasaan Ramawi yang zalim. Melihat bagaimana akhlak kaum muslimin dan merasakan keadilan Umar, penduduk Baitul Maqdis mengatakan, “Kami lebih suka berada di bawah kekuasaan kaum muslimin daripada di bawah kekuasaan Romawi meskipun Romawi seagama dengan kami.”
Waktu terus berjalan, banyak penduduk Baitul Maqdis yang masuk Islam. Bukan karena paksaan tetapi karena memahami kebenaran Islam dan merasakan kemuliaan akhlak umat islam. Hingga kemudian pada tahun 1099 masehi, datang Pasukan Salib menyerbu Baitul Maqdis dan membantai penduduknya. Darah menggenangi Baitul Maqdis, Masjid Al-Aqsha jatuh ke tangan mereka.
Puluhan tahun kaum muslimin berjuang untuk membebaskan kembali Masjid Al-Aqsha. Setelah hampir satu abad, akhirnya kaum muslimin berhasil membebaskan kembali Masjid Al-Aqsha tepat pada tanggal isra’ mir’aj yakni 27 Rajab 583 hijriah atau 1187 masehi. Di bawah kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Pada 14 Mei 1948, negara Zionis Israel berdiri dengan mencaplok sebagian tanah Palestina. Lalu pada tahun 1967, mereka mencaplok Masjid Al-Aqsha. Hingga saat ini, tujuan isra’ dan titik tolak mi’raj itu masih berada di bawah kekuasaan Zionis Yahudi.
Shalat Kunci Pembebasan Masjid Al Aqsha
Ma’asyiral muslimin a’azzakumullah,
Zionis Israel mencaplok Masjid Al-Aqsha pada tahun 1967. Beberapa tahun kemudian, tentara Mesir pernah mengatakan kepada tentara Israel, “Kami akan mengalahkan kalian.”
Waktu itu tentara Israel tidak takut. Ia menjawab, “Tidak akan, sebelum kalian bisa melaksanakan sholat Subuh yang jumlah jamaahnya seperti sholat Jumat.”
Masjid Al-Aqsha adalah masjid kedua yang Nabi Adam dirikan setelah Masjidil Haram. Secara turun kemurun, Masjid Al-Aqsha menjadi masjid bahkan kiblatnya para Nabi. Juga menjadi kiblat pertama umat Islam, tujuan isra’, dan titik toalk mi’raj Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketika Umar bin Khattab membebaskannya dari bangsa Romawi, saat itu jamaah Subuh kaum muslimin jumlahnya seperti shalat Jumat. Ketika Pasukan Salib merampas Masjid Al-Aqsha, kondisi kaum muslimin sedang mengalami penurunan. Termasuk shalatnya.
Tiga tahun setelah Pasukan Salib menguasai Masjid Al-Aqsha, tepatnya pada 1102, Imam Ghazali keliling ke berbagai kota untuk menyerukan persatuan dan jihad membebaskan Palestina. Namun, hampir semua menjawab tidak mungkin bisa.
Mendapati kondisi umat yang terpuruk dan inferior, setelah mengundurkan diri dari Madrasah Nizhamiyah, Imam Ghazali menulis Ihya’ Ulumuddin. Beliau ingin menghidupkan ilmu agama dan membangun pemahaman umat Islam. Hidupnya ilmu agama akan membuat mereka jamaah shalat Subuh sebagaimana jamaah shalat Jum’at. Dan dengan pemahaman yang benar dan kokohnya keimanan, umat akan bangkit, bersatu, dan memiliki semangat jihad.
Ketika Imam Al-Ghazali wafat pada tahun 1111, Syekh Abdul Qadir Jailani meneruskan perjuangannya. Beliau menggunakan kitab Ihya’ Ulumuddin sebagai kurikulum utama membina murid-muridnya. Kader-kader yang dibina Syekh Abdul Qadir Al-Jailani inilah yang kemudian menjadi tulang punggung jihad yang dipelopori oleh Imaduddin Zanki, diteruskan Nuruddin Mahmud, lalu dituntaskan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi. Hingga umat Islam saat itu, khususnya para mujahidin, sholat Subuh-nya seperti sholat Jumat. Maka, pada 27 Rajab 583 hijriah yang bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj, Masjid Al Aqsha kembali ke pangkuan kaum muslimin.
أَقُوْلُ قَوْلِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُوْاللَّهَ الْعَظِيْمِ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Ketika Umar bin Khattab membebaskannya dari bangsa Romawi, saat itu jamaah Subuh kaum muslimin jumlahnya seperti shalat Jumat. Demikian pula ketika Shalahuddin Al-Ayyubi membebaskannya. Kaum muslimin, khususnya para mujahidin, sholat Subuh berjamaah sebagaimana sholat Jumat.
Kini lihatlah di masyarakat kita. Jika jamaah shalat Subuh masih sangat sedikit, artinya perjuangan kita masih panjang. Maka, tanamkan komitmen untuk shalat berjamaah di masjid. Shalat lima waktu termasuk Subuh di masjid. Ajak anak-anak kita, tetangga kita, teman-teman kita, kaum muslimin laki-laki, untuk shalat berjamaah di masjid. Ketika jamaah Subuh sudah seperti jamaah Jum’at, insya Allah saat itu Masjid Al-Aqsha akan kembali ke pangkuan umat Islam.
Mari kita berdoa, semoga Allah mengistiqamahkan kita, memudahkan langkah perjuangan kita, dan kelak mentakdirkan anak cucu kita bisa shalat di Masjid Al-Aqsha, serta memasukkan kita semua ke surga-Nya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللَّهُمَّ باَرِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ باَرَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنـَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ . رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
< Khutbah Lainnya | Download versi PDF > |
Khutbah Jumat 2025 | Telegram BersamaDakwah |