Beranda Suplemen Taujih Bantahan Telak untuk Orang yang Berkata ‘Saya Bermaksiat atas Kehendak Allah’

Bantahan Telak untuk Orang yang Berkata ‘Saya Bermaksiat atas Kehendak Allah’

1
sumber gambar: twitter.com

Dalam kajian rutin bulanan di Masjid Raya al-A’dham Kota Tangerang, Pemimpin Majlis al-Bahjah Buya Yahya mendapat sebuah pertanyaan dari salah seorang jamaah. Muslimah. Wanita itu bertanya, “Bagaimana dengan orang yang mengatakan bahwa selingkuh yang dia lakukan merupakan kehendak Allah Ta’ala? Apakah pernyataan tersebut benar?”

Tidak hanya laki-laki yang dijadikan objek pertanyaan oleh Muslimah tersebut, sejatinya banyak sekali orang yang mengaku beragama Islam, tapi berkeyakinan bathil macam ini. Atas nama pemahaman agama dan penyandaran diri kepada Allah Ta’ala, mereka mengklaim bahwa tindakan buruk, maksiat, dan dosa yang mereka kerjakan merupakan bagian dari Kehendak Allah Ta’ala. Sebab Dia Maha Berkehendak. Tiada satu pun yang terjadi di muka bumi dan alam semesta ini melainkan atas izin dari Allah Ta’ala.

“Semua yang terjadi di semesta raya ini,” jawab Buya Yahya terdengar santun dan tegas, “memang atas Kehendak Allah Ta’ala.” Tiada satu pun kejadian, pun yang paling kecil dan tidak bisa dilihat, semuanya atas Kehendak Allah Ta’ala.

“Akan tetapi,” lanjut dai yang juga pendiri Pondok Pesantren al-Bahjah ini, “Allah Ta’ala juga memberikan kehendak kepada hamba-Nya untuk berkehendak.”

Atas kehendak dari Allah Ta’ala tersebut, seorang hamba bisa memutuskan untuk melakukan perbuatan baik atau buruk. Perbuatan inilah yang akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Ta’ala. Jika kebaikan, maka seorang hamba akan mendapatkan pahala. Jika keburukan, maka seorang hamba akan mendapatkan dosa.

Sebagai jawaban pamungkas, sosok yang kerap mengenakan jubah ini memberikan kiat jitu untuk membungkam argumen orang-orang berkeyakinan sesat ini.

Andai bertemu dengan orang yang berkeyakinan seperti ini (yang mengatakan bahwa maksiatnya atas Kehendak Allah Ta’ala), jelas Buya Yahya, “Ambil saja palu. Pukulkan di kepalanya dengan keras.” Jika orang tersebut marah-marah sembari menahan sakit, jawab saja dengan santai, “Itu kan Kehendak Allah Ta’ala!”

Atau, masih menurut beliau, arahkan saja dua tangan Anda tepat di kedua bola matanya. Coblos dua bola matanya. Saat dia menggerutu kesakitan itu, jawab saja dengan berkata, “Loh? Bukannya hal tersebut merupakan Kehendak Allah Ta’ala?”

Terkait takdir ini, kita memang mendapati dua kubu ekstrem. Kubu pertama menisbahkan semua perbuatan kepada Allah Ta’ala, termasuk perbuatan buruk. Sedangkan kubu kedua beranggapan bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk melakukan apa pun tanpa campur tangan Allah Ta’ala.

Maka akidah ahlus sunnah wal jamaah adalah akidah yang pertengahan di antara keduanya. Allah Ta’ala Maha Berkehendak, tapi Dia memberikan kehendak kepada hamba-hambanya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Mereka meyakini semua kejadian atas Kehendak-Nya, tapi mereka tidak akan menisbatkan keburukan kepada Allah Ta’ala sebab Dia Mahabaik.

Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]

BARU 1 KOMENTAR

Komentar ditutup.