Beranda Suplemen Opini Alarm 212

Alarm 212

0

Alarm 212

Aksi Super Damai 212 bolehlah disebut sebagai aksi paling asyik dalam sejarah Indonesia. Banyak kisah dramatis, cerita manis, bahkan romantis, di balik layarnya.

Lihat saja Ciamis. Ketika ada upaya sistematis menghalangi perjalanan mereka di bidang tranportasi, bismillah, mereka rela jalan kaki sejauh 270 km. Mereka istiqomah, apa pun yang terjadi, nekad menuju Jakarta.

Banyak sekali cerita, mereka yang tak bisa ikut ke Ibukota, terutama dari kalangan profesional dan pengusaha, memilih berpatisipasi menjadi donatur. Membiayai saudaranya agar bisa ikut aksi.

Saya tersenyum bahagia menyaksikan beberapa ayah yang memposting foto di bandara, mengajak anak lelakinya memperjuangkan keyakinannya. “Dia harus jadi pejuang Al Qur’an masa depan,” begitu dia tulis statusnya. Sebuah pewarisan nilai yang manis.

Yang romantis adalah dukungan para istri. Dengan bahagia ibu-ibu melepas para suami pergi. Meski doa-doa mereka yang diposting di facebook kadang agak lebay seperti film India.

Dan dini hari ini, di gerbong-gerbong kereta Surabaya Jakarta, saya dengarkan bunyi alarm aneka suaranya. Alarm yang disetel pemiliknya, para peserta aksi 212, menjadi pengganti kokok ayam pembangun qiyamul lail.

Bagi saya, ini juga alarm bagi negeri ini. Begitu berbunyi, kita bisa memilih respon. Langsung bangun-wudlu-shalat lalu melanjutkan aktivitas berkualitas, atau bermalasan lalu tidur lagi. Semoga saja tidak kesiangan.

Bagi kita semua warga bangsa religius Indonesia, terutama para penguasanya, alarm tahajud ini adalah juga tanda. Pilihannya sama: segera bangun, menyadari apa yang terjadi, lalu bersiap melakukan yang terbaik untuk negeri ini, atau memilih menutup telinga, telat melihat kenyataan, hingga jadi pahlawan kesiangan.

Jika pilihan pertama yang dilakukan, insyaAllah Indonesia akan damai sejahtera. Tapi bila ngotot dengan pilihan kedua, saya kok khawatir sejarah akan ditulis dengan cara berbeda.

Assalamu’alaikum, selamat pagi Jakarta. Kami datang memenuhi panggilan jiwa. Berbekal iman, demi negeri bhinneka yang penuh kebaikan.

(@baihaqibaikhati)