Beranda Keluarga Meluluhkan Hati Suami Lebih Mudah Dibanding Menundukkan Macan

Meluluhkan Hati Suami Lebih Mudah Dibanding Menundukkan Macan

0
Pasangan suami istri (pinterest)

Kehidupan rumah tangga yang diisi oleh pasangan suami istri memang sesuatu yang unik. Suami dan istri sama-sama mempunyai rasa cemburu jika pasangannya dilirik dan disukai oleh orang lain.

Sehingga, mau tidak mau, baik suami maupun istri harus pintar memikat hati pasangannya masing-masing agar tidak diambil orang.

Ada sebuah kisah di negeri arab tentang seorang perempuan yang ingin meluluhkan hati suaminya, agar cinta dan sayangnya tidak pindah ke orang lain.

Suatu ketika, seorang perempuan ini datang kepada salah seorang ulama yang ia sangka sebagai dukun.

Ia memohon kepada sang ulama agar membuatkan suatu jampi-jampi supaya suaminya cinta berat kepadanya yang tidak pernah dirasakan oleh wanita manapun.

Karena sang ulama ini adalah orang alim dan pembimbing manusia kepada jalan Allah, maka ia berkata kepada perempuan itu,

“Sungguh kamu meminta sesuatu yang tidak mudah. Apa yang kamu minta adalah sesuatu yang besar. Apakah kamu siap melakukan syarat-syaratnya?”

Perempuan itu berkata, “Iya, saya siap.”

Sang ulama berkata, “Permintaanmu itu tidak akan tercapai kecuali engkau dapat membawa satu bulu yang berada di leher macan ke sini.”

Dengan penuh kejut perempuan itu berkata, “Macan?”

Sang ulama berkata, “Iya, macan.”

Perempuan itu bertanya ragu tentang dirinya,

“Bagaimana aku mampu melakukan ini, karena macan adalah hewan yang sangat buas, bisa-bisa saya dibuat santapan olehnya. Apakah tidak ada cara lain yang lebih mudah dan lebih aman?”

Sang ulama berkata,

“Tiada cara lain untuk mencapai tujuanmu agar suami lebih lengket kepadamu kecuali hanya cara ini. Jika kamu memutar otak pasti kamu akan menemukan cara untuk memperoleh tujuanmu.”

Perempuan ini pamit. Ia berpikir keras bagaimana cara mendapatkan bulu yang disyaratkan.

Lalu ia bertanya kepada orang yang dia percaya. Orang itu menuturkan kepadanya,

“Macan tidak akan menyerang manusia atau binatang lain kecuali dalam keadaan lapar. Kamu harus membuatnya kenyang sehingga kamu bisa mendekat kepadanya.”

Perempuan itu menerima nasihat tersebut dan langsung pergi ke hutan terdekat.

Di sana ia melemparkan potongan-potongan daging ke arah macan lalu iamenjauh. Ia melakukan ini terus-menerus, sehingga dengan berjalannya waktu macan itu menjadi jinak kepadanya.

Setiap kali ia berusaha mendekat sedikit demi sedikit ke arah macan yang diamksud. Sampai pada suatu hari, macan itu tidur di sampingnya, karena macan itu tidak ragu lagi padanya.

Pada saat itu, sang perempuan mendapat kesempatan mengelus-elus kepala dan leher macan dengan tangannya dengan tenang dan tidak takut sama sekali.

Melihat macan menikmati hal ini, tidak susah bagi sang perempuan mengambil bulunya. Dengan tenang ia mencabut satu bulu di lehernya.

Setelah ia yakin bulu itu berhasil dicabut, maka ia bergegas menuju rumah sang ulama yang ia sangka sebagai dukun untuk memberikan bulu itu kepadanya.

Perempuan itu begitu girang karena sebentar lagi dialah pemilik tunggal cinta suaminya untuk selamanya.

Ketika sang ulama yakin itu bulu macan maka ia bertanya kepada sang perempuan,

“Apa yang kamu lakukan sehingga kamu benar-benar mendapat bulu macan ini?”

Perempuan itu menceritakan trik-trik menjinakkan macan yang intinya bahwa jalan masuk mencuri hati macan adalah perutnya, kemudian dengan sabar menunggunya kenyang, sampai tiba kesempatan mengambil yang diinginkan.

Setelah cerita berakhir sang ulama berkata kepadanya,

“Wahai saudariku, suami tidaklah lebih buas daripada macan. Lakukan untuk suamimu sebagaimana yang engkau lakukan pada macan, niscaya engkau dapat memilikinya untuk selamanya.

Ketahuilah jalan masuk ke hati suamimu. Kenyangkan lapar dan dahaganya, maka kamu akan menawan hatinya. Rencanakanlah cara-cara jitu dan bersabarlah menunggu hasilnya.”

Ternyata memang benar, nasihat ulama itu pun dia laksanakan. Perempuan itu pun merasa sebagai orang yang paling bahagia di dunia.

Disarikan dari buku Kuni Aniqah karya Shafa Syamandi.