Beranda Keluarga Suami Pendiam Bukan Berarti Tidak Cinta

Suami Pendiam Bukan Berarti Tidak Cinta

0
ilustrasi suami duduk bersama istrinya (flikcr)

Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang Curahan Hati Seorang Istri yang Suaminya Pendiam. Disebutkan bahwa seorang wanita mempunyai suami yang dia anggap kurang romantis karena pendiam dan tak banyak bicara.

Akhirnya dia menelepon sahabatnya yang tak lain adalah wanita hebat yang dalam bahasa arab diistilahkan dengan wanita lautan (disingkat WL).

Singkat cerita dia menyebutkan sebuah syair kepada sahabatnya itu

Wahai suamiku, ucapkanlah kata-kata manis walau itu dusta

Karena diammu yang bagai patung itu membunuhku

Mari kita simak lanjutannya.

WL     : Oke! Tapi harus engkau diketahui adalah bahwa akhir dari syair itu adalah,

Andai aku berdiri membisu di depan kecantikanmu

Maka, diamku di depan keelokanmu tentu lebih baik

Kata-kata kita tentang cinta akan membunuh cinta itu sendiri

Karena huruf-huruf tidak bermakna ketika diucapkan

Sungguh problem yang kamu hadapi ini membingungkan. Pertama, engkau merasa sakit hati, kesal dan hidup dalam sekam neraka. Kedua, itu semua kamu ringkas dalam satu bait syair yang berisi rayuan. Semua itu tidak dapat diterima oleh akal sehat.

Istri    : Sahabatku. lalu dengan ungkapan apa lagi aku menjawab pertanyaanmu yang memojokkan itu? Perempuan butuh kata-kata manis, dia sangat merindukan rayuan-rayuan.

WL     : Baik. Apakah engkau hendak mengatakan bahwa suamimu tidak menyayangimu lagi?

Istri    : Suamiku tidak pernah mengatakan itu.

WL     : Aku merasa ada keraguan dalam jawabanmu. Aku tidak bertanya tentang perkataannya, yang aku tanyakan padamu adalah cintanya kepadamu.

Istri    : Dia masih menyayangiku, tetapi terkadang tidak menyayangiku..

WL     : Subhanallah. Semoga Allah melindungiku dari pengingkaran terhadap kebaikan suami.

Istri    : Baik, sahabatku. Kita berbincang santai saja. Aku mohon jangan marah.

WL     : Maaf. Kita tidak sedang berbincang santai, yang benar adalah aku sebagai pendengar dan engkau yang mengemukakan curahan hatimu.

Istri    : Oke, kita anggap saja perkataanmu itu benar, lalu apakah saya tidak boleh berbagi?

WL     : Engkau tidak butuh berbagi, tetapi yang kamu butuhkan adalah orang yang menyadarkanmu dari buaian setan.

Istri    : Aku merasa engkau mulai memojokkanku.

WL     : Benar. Aku akan membantu mengembalikan ingatanmu sedikit demi sedikit.

Bukankah kemarin aku mengunjungimu, saat itu aku bertanya kepadamu tentang mawar merah yang ada di rumahmu, lalu kamu menjawab bahwa suamimu setiap kali memberimu mawar merah ini?

Bukankah kamu yang mengatakan bahwa suamimu tidak terbiasa pulang terlambat?

Bukankah aku menanyakan keberadaanmu saat liburan kemarin dan kamu mengatakan bahwa suamimu tidak bisa bersenang-senang dengan teman-temannya sebelum mengajak kalian sekeluarga berlibur?

Bukankah kamu yang sering bilang bahwa suamimu baik dengan semua kerabatmu?

Bukankah kamu yang… maaf, aku ingat satu lagi. Engkau pernah bilang kepadaku, bahwa dia menuliskan kata-kata indah mirip sebuah puisi orang kasmaran di sebuah kotak hadiah yang diberikan kepadamu?

Istri    : Aku tidak yakin kata-kata itu muncul dari hatinya. Jangan-jangan dia membeli hadiah itu lengkap dengan kata-kata itu.

WL     : Ingat! Pengingkaran sering kali membuat nikmat jadi petaka. Seharusnya kamu sadar bahwa banyak wanita yang menginginkan rumah tangga sebagaimana kamu mengidamkan suami seperti suamimu yang tetap setia dan sayang, meski usia pernikahan kalian telah berjalan lima belas tahun.

Terperosoknya sebagian kaum wanita dalam perselingkuhan tidak lain karena terlalu membesarkan kekuatan kata-kata “Kekasihku, My Heart, Oh Hidupku. ” kemudian dia berani mencari kepuasan hati lewat perselingkuhan.

Istri    : Tapi mereka itu wanita-wanita malang dan penyebab kemalangan itu adalah suami.

WL     : Mereka wanita-wanita malang! Aku mencium adanya pembelaan terhadap hal yang kurang baik dan aku merasa kamu mulai ingin mendapatkan cinta dengan berbagai cara.

Istri    : Aku heran padamu, kenapa engkau malah melayangkan tuduhan kepada para istri dan tidak pernah sekali curiga terhadap para suami? Apakah setiap istri yang menuntut kata-kata romantis dari suaminya mempunyai potensi selingkuh?

Dikutip dari tulisan Dr. Abdullah bin Muhammad Al-Dawud. [Abu Syafiq/BersamaDakwah]

SILAHKAN BERI TANGGAPAN mohon perhatikan kesopanan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.