Beranda Tazkiyah Akhlak Membangun Syaja’ah dalam Kehidupan

Membangun Syaja’ah dalam Kehidupan

0
syaja'ah

Salah satu karakter positif yang harus kita miliki adalah syaja’ah. Semua Nabi memiliki karakter ini. Demikian pula para pahlawan dan tokoh-tokoh Islam. Apa itu syaja’ah, apa manfaat karakter ini, dan bagaimana memupuknya?

Pengertian Syaja’ah

Syaja’ah (شجاعة) adalah istilah dalam bahasa Arab. Secara bahasa, ia berasal dari kata syaju’ayasju’usyaja’atan (شجع – يشجع – شجاعة) yang artinya berani. Jadi secara bahasa (etimologi), syaja’ah adalah gagah berani, keberanian, atau keperwiraan.

Secara istilah, syaja’ah adalah keberanian dalam berbuat yang benar dan membela kebenaran. Ia merupakan salah satu akhlak mulia yang membuat seseorang tidak takut mengatakan kebenaran, berbuat hal yang benar, serta mendukung dan membela kebenaran. Atau singkatnya, berani karena benar. Lawannya adalah takut (خوف) atau pengecut (الجبن).

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berani adalah mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya; tidak takut (gentar, kecut).

Baca juga: Pengertian Aqidah

Dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits

Dalam Al-Qur’an memang tidak ada istilah syaja’ah. Al-Qur’an sering menggunakan laa khauf untuk menggambarkan sikap berani. Misalnya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istiqomah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. (QS. Al-Ahqaf: 13)

فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِي

Maka, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku… (QS. Al-Baqarah: 150)

Sedangkan dalam hadits, kita mendapati doa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut… (HR. Bukhari)

Baca juga: 99 Asmaul Husna beserta Artinya dan Dalilnya

Jenis dan Contoh Syaja’ah

Keberanian diperlukan untuk memberi dorongan melakukan hal yang benar walaupun ada risiko kerugian, ketidaknyamanan, bahkan penderitaan. Pada kondisi apa kita harus berani? Berikut ini tiga macam syaja’ah yang harus kita miliki:

1. Berani Melakukan Hal yang Benar

Bentuk keberanian yang pertama adalah berani melakukan hal yang benar. Keberanian ini akan membuat kita melakukan hal yang benar meskipun risikonya adalah ketidaknyamanan, celaan, penjara, bahkan nyawa. Contoh perilaku syaja’ah seperti ini adalah Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ

Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. (QS. Yusuf: 33)

Nabi Yusuf ‘alaihis salam berani melakukan hal yang benar meskipun risikonya penjara. Beliau lebih memilih penjara daripada memenuhi ajakan wanita untuk berzina.

Keberanian juga dibutuhkan untuk hal-hal yang praktis di tempat kerja seperti presentasi dan menyampaikan gagasan saat rapat  yang risikonya perasaan (takut salah, takut ditertawakan, dan sejenisnya). Sedangkan bagi pelajar, contoh berani melakukan hal yang benar misalnya mengerjakan ujian sendiri dengan jujur tanpa mencontek. Atau berani menyampaikan pendapatnya di depan kelas.

2. Berani Menunjukkan dan Mendukung Kebenaran

Selain berani melakukan hal yang benar, kita juga harus berani menunjukkan dan mendukung kebenaran. Contoh syaja’ah dalam bentuk ini adalah seorang laki-laki dari ujung kota di Surat Yasin:

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ

Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.” (QS. Yasin: 20)

Butuh keberanian untuk berdakwah mengajak kepada kebenaran dan membela kebenaran. Tanpa keberanian, orang akan diam tidak berani mendukung kebenaran, tidak berani berdakwah, tidak berani membela kebenaran. Akibatnya, kebenaran akan terpinggirkan dan kebatilan yang akan berkuasa.

Contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari misalnya mengajak orang lain untuk disiplin, untuk jujur, dan sebagainya. Contoh lainnya, memberikan dukungan kepada pihak yang benar saat terjadi persengketaan atau bahkan peperangan. Misalnya saat ini kita memberikan dukungan kepada Palestina.

3. Berani Mencegah Kemungkaran

Kita juga memerlukan keberanian untuk mencegah kemungkaran. Contoh syaja’ah dalam bentuk ini adalah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan ucapan beliau dalam firman-Nya:

يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (QS. Maryam: 44)

Kita membutuhkan keberanian untuk mencegah kemungkaran. Bahkan jika pelakunya adalah orang tua sendiri, rekanan, atau atasan. Berani menolak jika ada pihak yang mengajak korupsi atau melakukan penipuan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan nahi munkar (mencegah kemungkaran) seperti penumpang kapal. Kapal itu terdiri dari dua lantai. Persediaan air ada di lantai atas. Orang-orang yang berada di lantai bawah merasa tidak enak atau keberatan jika harus mengambil air di lantai atas, maka mereka melubangi kapal. Jika orang yang berada di lantai dua tidak mencegahnya, mereka juga akan ikut tenggelam, bukan hanya penumpang di lantai bawah.

Baca juga: Contoh Bayan Tafsir

Cara Menumbuhkan dan Memupuk Syaja’ah

Tidak semua orang memiliki syaja’ah. Bahkan tidak semua muslim memilikinya. Meskipun pada awalnya, bayi adalah makhluk yang sangat berani bahkan tidak memiliki rasa takut. Namun, seiring dengan peringatan dari orang dewasa dan komentar negatif ketika gagal, keberanian menjadi hilang.

Bagaimana cara menumbuhkan dan memupuk keberanian? Setidaknya ada empat hal.

1. Menguatkan Iman

Yang pertama, kunci keberanian adalah iman. Ketika kita beriman kepada Allah, maka yang kita takuti hanya Allah. Sedangkan terhadap makhluk, kita akan berani karena benar. Bahkan menghadapi musuh sekalipun kita akan berani karena yakin mereka tidak bisa mendatangkan bahaya kecuali atas izin Allah.

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

(yaitu) mereka yang (ketika ada) orang-orang mengatakan kepadanya, “Sesungguhnya orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan (pasukan) untuk (menyerang) kamu. Oleh karena itu, takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali Imran: 173)

2. Istiqomah

Orang yang beriman kemudian istiqomah dalam keimanannya, mereka akan mendapatkan ketenangan, keberanian, dan optimisme dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui malaikat-Nya.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)

Memang mayoritas mufassir menjelaskan bahwa malaikat mengucapkan perkataan ini ketika orang yang istiqomah itu mengalami sakaratul maut. Namun, Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan bahwa ketenangan, keberaniaan, dan optimisme ini juga kita dapatkan semasa hidup di dunia ketika kita beriman dan istiqomah.

3. Berdoa

Keberanian sumbernya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, mintalah keberanian kepada Allah dan berlindunglah kepada-Nya dari sifat pengecut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan doa pada akhir sholat:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, dan aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada umur yang paling lemah, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur. (HR. Bukhari)

Ada pula doa berlindung dari kemalasan dan kepengecutan untuk kita baca setiap pagi dan petang:

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa sedih dan duka cita. Aku berlindung kepada-Mu dari  rasa lemah dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang serta kesewenang-wenangan orang. (HR. Abu Dawud)

4. Berlatih

Sering kali kita tidak berani melakukan sesuatu karena belum terbiasa. Misalnya tidak berani bicara di depan publik, menyampaikan pendapat, atau presentasi di depan kelas. Setelah kita mencoba dan mencoba lagi, kita semakin berani. Apalagi jika kita sudah sering melakukannya, maka kita akan semakin terbiasa.

Maka berlatih menjadi salah satu kiat agar kita lebih berani. Semakin terampil melakukan sesuatu, kita juga relatif lebih terhindar dari risiko yang sebelumnya kita takutkan. Apalagi jika ternyata risiko itu hanya ada dalam pikiran. Misalnya takut kalau orang lain akan menertawakan.

Manfaat Syaja’ah

Banyak manfaat sikap syaja’ah  dalam kehidupan. Berikut ini sebagian manfaat membiasakan sikap syaja’ah bagi diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari:

1. Menghadapi Tantangan dan Rintangan. Keberanian memungkinkan seseorang untuk menghadapi kesulitan tanpa menyerah. Keberanian juga membantu mengambil keputusan penting meskipun ada risiko.

2. Meningkatkan Percaya Diri. Orang yang berani cenderung lebih percaya diri karena mereka terbiasa bertindak walau ada rasa takut. Berikutnya, kepercayaan diri  akan mendorong perkembangan (self improvements) dan pertumbuhan mental.

3. Mendorong Perubahan Positif. Keberanian kita butuhkan untuk melawan ketidakadilan, menyuarakan kebenaran, atau meninggalkan kebiasaan buruk. Orang berani sering menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Bahkan seluruh pahlawan yang kita kenal dan mengabadi dalam sejarah adalah orang-orang yang berani.

4. Menumbuhkan Kemandirian. Seseorang yang berani tidak mudah bergantung pada orang lain. Sebab, mereka bisa mengambil tanggung jawab atas hidupnya sendiri dan berani mengambil keputusan tanpa tergantung kepada orang lain.

5. Membangun Hubungan yang Sehat. Keberanian membantu seseorang bersikap jujur dan terbuka, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun. Jujur dan keterbukaan ini sangat penting dalam membangun hubungan yang sehat.

6. Mengurangi Penyesalan. Orang yang berani cenderung mengambil kesempatan dan mencoba hal baru. Hal ini mengurangi kemungkinan menyesal karena tidak pernah mencoba. Dalam bahasa Al-Qur’an, ia bisa menghindar dari nafsu al-lawwamah.

7. Melatih Mental dan Emosi. Keberanian melibatkan pengendalian rasa takut, panik, atau cemas. Ini membantu membentuk ketahanan mental dan emosional.

8. Memberi Inspirasi. Keberanian bisa menular. Tindakan berani bisa menjadi contoh dan motivasi bagi orang lain. Sehingga, orang yang memiliki sikap syaja’ah akan mendapatkan pahala jariyah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

SILAKAN BERI TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini