Beranda Kisah-Sejarah Kisah Nabi Musa Bersama Khidir (Bagian 3)

Kisah Nabi Musa Bersama Khidir (Bagian 3)

0
Ilustrasi (hdw)

Lanjutan dari Kisah Nabi Musa Bersama Khidir (Bagian 2)

Mereka bercakap-cakap dengan para penumpangnya agar mau mengangkut mereka. Karena sudah kenal dengan Khidhir, mereka lalu membawa keduanya tanpa bayaran.

Khidhir beranjak ke salah satu papan perahu lalu dicabutnya.

Musa berkata kepada Khidhir,

“Mereka telah membawa kita dengan cuma-cuma tetapi mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.”

Khidhir berkata, “Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”

Musa Alaihissalam berkata,

“Janganlah engkau menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.”

Selanjutnya mereka meninggalkan perahu tersebut. Saat mereka sedang berjalan di tepi pantai, ternyata ada seorang anak remaja bermain dengan beberapa temannya.

Khidhir memegang kepala anak itu lalu memenggalnya sehingga terbunuhlah ia. Musa berkata,

“Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.”

Khidhir mengatakan, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku.”

Perbuatan ini lebih kejam lagi daripada yang pertama. Selanjutnya Musa berkata,

“Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, maka jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya engkau sudah cukup bersabar menerima alasan dariku.”

Maka keduanya berjalan; hingga ketika keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri. Mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka (penduduk negeri itu) tidak mau menjamu mereka.

Kemudian keduanya mendapatkan dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu, lalu Khidir menegakkannya.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Dinding itu miring, Khidhir mengisyaratkan dengan tangannya seperti ini dan menegakkan dinding tersebut.”

Musa Alaihissalam berkata kepada Khidhir,

“Orang-orang yang kita datangi tidak mau menerima kita sebagai tamu dan tidak mau menjamu kita. Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.”

Khidhir berkata,

“Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Semoga Allah merahmati Musa. Aku akan senang sekali kalau saja Musa bisa bersabar, sehingga pengalaman mereka berdua dapat diceritakan kepada kita lebih panjang.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tindakan Musa yang pertama memang karena lupa.”

Ubay bin Ka’ab mengatakan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

“Tak lama kemudian ada seekor burung yang terbang lalu hinggap pada tepi perahu itu dan mematuk air laut. Khidhir lalu berkata kepadanya,

“Sesungguhnya ilmuku dan ilmumu jika dibandingkan dengan ilmu Allah adalah seperti patukan seekor burung pipit tersebut pada laut itu.”

Demikianlah kisah Nabi Musa dan Khidir Alaihissalam. Semoga kita dapat memetik hikmah di balik kisah ini.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]