Surat At Tahrim ayat 8 adalah ayat yang menjelaskan tentang perintah bertobat dengan taubatan nasuha dan keutamaannya. Berikut ini arti, tafsir, dan kandungan maknanya.
Surat At Tahrim (التحريم) merupakan surat madaniyah. Terdiri dari 12 ayat, turun setelah Surat Al-Hujurat. Nama surat ini at tahrim yang berarti mengharamkan karena pada permulaannya menyebutkan demikian. Juga karena hal yang mendasari turunnya ayat tersebut, yaitu pengharaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap madu untuk beliau sendiri lantaran ingin membuat ridha sebagian istri-istrinya.
Sedangkan ayat 8 ini berisi seruan tobat dengan sebenar-benar tobat. Tobat setulus-tulusnya yang tidak hanya menyesali dan minta ampun atas perbuatan dosa tetapi juga bertekad untuk tidak mengulanginya.
Daftar Isi
Surat At Tahrim Ayat 8 dan Artinya
Berikut ini Surat At Tahrim ayat 8 dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(Yaa ayyuhal ladziina aamanuu tuubuu ilalloohi taubatan nashuuhaa. ‘Asaa robbukum ayyukaffiro ankum sayyi’aatikum wa yudkhilakum jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru yauma laa yukhzillaahun nabiyya wallladziina aamanuu ma’ahu nuuruhum yas’aa baina aidiihim wa bi aimaanihim. Yaquuluuna robbanaa atmim lanaa nuurona waghfirlanaa innaka ‘alaa kulli syai’in qodiir)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (tobat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Baca juga: Ayat Kursi
Tafsir Surat At Tahrim Ayat 8
Tafsir Surat At Tahrim ayat 8 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, Tafsir Al Munir, dan Tafsir Al-Misbah. Harapannya, agar kaya dengan khazanah keilmuan tetapi tetang ringkas.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Perintah bertobat dengan taubatan nasuha
Poin pertama dari Surat At Tahrim ayat 8 ini adalah Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertobat dengan taubatan nasuha.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (tobat yang semurni-murninya).
Menurut Ibnu Katsir, taubatan nasuha adalah tobat yang sebenar-benarnya. Lantas beliau mengutip perkataan Umar bin Khattab bahwa tanda taubatan nasuha adalah seseorang bertobat dari perbuatan dosa kemudian tidak mengulanginya lagi.
Definisi itu senada dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
التَّوْبَةُ مِنَ الذَّنْبِ أَنْ يَتُوبَ مِنْهُ ثُمَّ لاَ يَعُودَ فِيهِ
Tobat dari dosa adalah seseorang bertobat darinya kemudian tidak mengulanginya lagi. (HR. Ahmad)
“Oleh karena itu,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya, “para ulama mengatakan bahwa taubatan nasuha adalah bila seseorang berhenti dari perbuatan dosa saat itu juga kemudian ia menyesali apa yang telah ia lakukan di masa lalu dan bertekad di masa mendatang ia tidak akan mengerjakan hal itu lagi. Kemudian jika hak yang ia langgar berkaitan dengan hak Adami, maka ia harus mengembalikannya dengan cara yang berlaku.”
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan, taubatan nasuha adalah tobat yang sungguh-sungguh, sejujur-jujurnya, semurni-murninya, dan setulus-tulusnya. Yakni menyesali apa yang telah lewat dan berazam untuk tidak akan kembali lagi melakukan hal yang serupa pada waktu-waktu mendatang.
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, taubatan nasuha adalah tobat yang memenuhi empat syarat, yaitu:
- Istighfar dengan lisan
- Meninggalkan dosa dengan anggota badan
- Memantapkan niat untuk tidak mengulanginya
- Meninggalkan semua teman buruk
2. Keutamaan taubatan nasuha
Poin kedua dari Surat At Tahrim ayat 8 ini adalah keutamaan taubatan nasuha.
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, kata ‘asaa (عسى) umumnya berarti boleh jadi atau mudah-mudahan. Tetapi jika ia dinisbatkan kepada Allah, ia mengandung makna kepastian.
Ibnu Katsir juga menjelaskan hal serupa. Jika Allah yang mengatakan,maka lafazh ‘asaa (عسى) artinya dalah kepastian. Maka, orang yang bertobat dengan taubatan nasuha, ia akan mendapatkan dua keutamaan yakni ampunan dari Allah dan surga-Nya.
Demikian pula menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir dan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Kata ‘asaa (عسى) jika dari Allah maka menunjukkan makna pasti terjadi.
“Tegasnya, kalau seseorang telah benar-benar tobat nasuha, pastilah Allah akan menghapus dosanya dan menghapuskan bekas buruk yang selama ini lekat dalam pribadinya serta Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.
3. Kemuliaan orang yang bertobat dengan taubatan nasuha
Poin ketiga dari Surat At Tahrim ayat 8 ini adalah kemuliaan bagi orang yang bertobat dengan taubatan nasuha.
يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya; sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka,
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya artinya Allah memuliakan dan tidak mengecewakan mereka.
“Firman-Nya laa yukhzillaahu (لا يخزي الله) yang artinya Allah tidak menghina mengandung makna bahwa Allah akan menganugerahkan kemuliaan kepada mereka. Ini karena di akhirat nanti hanya ada dua tempat, yaitu surga tempat kemuliaan dan neraka tempat kehinaan,” demikian Tafsir Al-Mishbah.
“Yakni Allah tidak mengecewakan mereka yang bersama dengan Nabi di hari kiamat,” kata Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim.
Menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir, cahaya memancar di depan dan di sebelah kanan mereka ini terjadi saat melewati shirath. Sedangkan menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, cahaya itu bersinar di akhirat yang merupakan lanjutan yang wajar dari cahaya yang ia pupuk di dunia.
4. Ucapan ahli tobat di akhirat
Poin keempat dari Surat At Tahrim ayat 8 ini adalah ucapan orang-orang yang bertobat dengan taubatan nasuha di akhirat nanti.
يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Allah mengabulkan apa yang mereka minta itu. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرٌّ مِنَ السُّجُودِ مُحَجَّلُونَ مِنَ الْوُضُوءِ
Umatku pada hari kiamat kelihatan bercahaya karena sujud dan karena bekas wudhu. (HR. Tirmidzi dan Ahmad; shahih)
Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an menjelaskan, di akhirat nanti, mulut manusia terkunci. Ketika ada orang yang bisa berbicara dan mengucapkan doa ini, maka doanya pasti Allah kabulkan.
“Tidak mungkin Allah mengilhamkan doa ini kepada orang-orang yang beriman melainkan qadar-Nya telah menetapkan bahwa doa ini pasti makbul dan mendapat jawaban dari-Nya. Jadi, doa ini merupakan anugerah Allah atas mereka di samping anugerah Allah berupa kemuliaan dan cahaya,” tulis Sayyid Quthb.
Baca juga: Surat Al Qasas Ayat 77
Kandungan Surat At Tahrim Ayat 8
Berikut ini adalah isi kandungan Surat At Tahrim Ayat 8:
- Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk bertobat dengan taubatan nasuha
- Taubatan nasuha adalah tobat yang sungguh-sungguh dan setulus-tulusnya, yakni menyesali dan tidak mengulangi perbuatan dosa
- Orang yang bertobat dengan taubatan nasuha akan mendapatkan ampunan Allah dan surga-Nya
- Allah juga memuliakan orang-orang yang bertobat dan memberikan cahaya kepada mereka pada hari kiamat
- Allah mengilhamkan kepada orang-orang yang bertobat untuk berdoa di akhirat ketika mulut-mulut manusia terkunci dan tidak bisa bicara
- Allah menyempurnakan cahaya orang-orang yang bertobat sebagaimana doa mereka
- Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Demikian Surat At Tahrim ayat 8 mulai dari tulisan Arab dan Latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir, dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat dan membuat kita termotivasi untuk segera bertobat dengan taubatan nasuha. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]